Xabi Alonso dan Era Baru Real Madrid: Menyongsong Perubahan Usai Kepergian Sang Maestro

Real Madrid

mediarelasi.idReal Madrid bersiap menyambut era baru. Setelah sekian lama menjadi perbincangan di balik layar sepak bola Eropa, Xabi Alonso akhirnya memastikan bahwa musim ini akan menjadi yang terakhirnya bersama Bayer Leverkusen. Pelatih muda yang berhasil mengubah wajah Leverkusen itu akan segera diumumkan sebagai juru taktik anyar Los Blancos, menggantikan Carlo Ancelotti yang akan menukangi tim nasional Brasil.

Langkah ini bukan sekadar pergantian pelatih. Ini adalah momen simbolik: kepergian sosok legendaris yang membawa ketenangan di tengah badai, digantikan oleh wajah segar dengan gagasan modern—sebuah transisi dari kejayaan masa lalu menuju harapan masa depan.

Dari Bernabeu ke Leverkusen, Kembali Lagi

Alonso, mantan gelandang elegan Real Madrid, kini kembali bukan sebagai pemain, melainkan pemimpin di pinggir lapangan. Namanya melambung tinggi setelah sukses membawa Bayer Leverkusen meraih gelar Bundesliga tanpa terkalahkan dan menjuarai Piala Jerman di musim penuh pertamanya. Usianya yang baru menginjak 43 tahun tak menghalangi Presiden Real Madrid, Florentino Pérez, untuk memproyeksikannya sebagai wajah masa depan klub.

Namun, tugas yang menanti Alonso bukanlah perkara ringan.

Tantangan Besar: Ekspektasi, Ego, dan Transisi

Real Madrid saat ini berada dalam masa transisi. Kedatangan Kylian Mbappé yang sangat dinantikan menambah dimensi baru, tetapi juga kompleksitas baru. Bagaimana Alonso menyelaraskan ego Mbappé dan status Vinícius Jr sebagai bintang yang sudah menanjak, menjadi ujian pertama.

Ia juga harus memadukan darah muda seperti Endrick dan Arda Güler ke dalam tim, seraya perlahan melepaskan pemain-pemain generasi lama yang telah menjadi ikon di Madrid. Yang lebih menantang: semua itu harus dibarengi dengan gelar juara, karena di Madrid, hasil adalah segalanya.

Di balik layar, Alonso juga harus menghadapi manajemen klub yang ingin ikut campur, media yang siap mengkritik setiap keputusan, dan suporter yang tidak pernah sabar.

Ancelotti: Akhir yang Terhormat bagi Sang Guru Tenang

Carlo Ancelotti, yang akan menutup masa baktinya di Real dengan torehan 15 trofi dalam dua periode, meninggalkan warisan yang sulit ditandingi. Ia adalah penenang badai—membawa stabilitas di saat klub dilanda krisis, memenangi Liga Champions dan La Liga dengan skuad yang dianggap rapuh, dan melakukan semua itu tanpa kegaduhan.

Namun, segala kebesaran itu tak lepas dari gejolak. Ketegangan mulai mengemuka sejak awal musim. Perebutan status antara Vinícius dan Mbappé memecah ruang ganti. Permintaan Ancelotti akan penguatan skuad, seperti Kyle Walker untuk mengisi lini belakang yang pincang, diabaikan. Kritik dari para direktur soal kinerja fisik dan strategi tim mulai muncul ke permukaan.

Walau tetap tenang di depan publik, dalam lingkaran internal Ancelotti mengaku bahwa ini salah satu ruang ganti paling sulit yang pernah ia tangani.

Pergantian yang Terukur—Jika Segalanya Lancar

Diskusi soal kepergian Ancelotti ke Brasil sudah berlangsung jauh hari, bahkan hingga ke London dan Madrid. Meski kontraknya di Real berlaku hingga 2026, negosiasi terus dilakukan agar kepergiannya bisa terjadi dengan cara yang elegan dan tanpa konflik hukum.

Salah satu opsi yang mengemuka adalah memberikan laga Piala Dunia Antarklub kepada pelatih interim, mungkin Santi Solari, sebelum Alonso resmi memulai kiprahnya.

Masa Depan Davide Ancelotti: Jalan Terpisah?

Di tengah transisi ini, muncul juga pertanyaan soal nasib Davide Ancelotti, asisten sekaligus anak kandung sang pelatih. Dengan reputasi yang terus meningkat, ini mungkin menjadi momen baginya untuk merintis karier sebagai pelatih kepala di klub lain. Kesempatan untuk berdiri sendiri sudah ada di depan mata.

Penutup: Era Berganti, Tekanan Tak Pernah Pergi

Kini, Real Madrid berada di ambang pergantian zaman. Ancelotti akan pergi membawa hormat dan kenangan manis, sementara Xabi Alonso tiba dengan beban ekspektasi yang tak kalah berat. Di klub sebesar Real Madrid, tidak ada waktu untuk adaptasi panjang. Keberhasilan harus datang cepat—atau pintu keluar selalu terbuka.

Apakah Alonso akan mampu menjinakkan tekanan Santiago Bernabéu dan menuliskan kisah sukses sebagai pelatih seperti ketika ia menjadi jenderal lapangan? Hanya waktu yang bisa menjawab.

Related Articles

Responses

Your email address will not be published. Required fields are marked *