Proses Konklaf dan Link Conclave 2025: Holy Mass

mediarelasi.id – Hari ini, sejarah Gereja Katolik kembali mencatat babak penting. Sebanyak 133 kardinal dari berbagai belahan dunia berkumpul dalam Konklaf ke-76 di Kapel Sistina, Vatikan, untuk memilih Paus ke-267. Hanya kardinal berusia di bawah 80 tahun yang memiliki hak memilih dan dipilih, termasuk Kardinal Ignatius Suharyo dari Indonesia.
Prosesi sakral ini tak mengenal batas waktu. Umat Katolik sedunia hanya bisa menanti isyarat asap putih—simbol bahwa seorang Paus baru telah terpilih.
Ritual yang Sarat Aturan
Konklaf dimulai dengan pengundian untuk menunjuk sembilan kardinal sebagai petugas utama: tiga pengawas suara, tiga infirmarii untuk mendatangi pemilih yang sakit, dan tiga perevisi yang memverifikasi hasil penghitungan. Bila ada yang tak dapat menjalankan tugasnya, pengundian baru dilakukan.
Sebelum pemungutan suara dimulai, seluruh non-pemilih—termasuk sekretaris, liturgis, dan petugas seremoni—diperintahkan meninggalkan Kapel Sistina. Pintu ditutup oleh kardinal diakon senior dan hanya dibuka untuk keperluan khusus, seperti pengambilan suara dari kardinal yang sedang sakit.
Proses Pemungutan Suara
Setiap kardinal menulis satu nama di surat suara bertuliskan frasa Latin “Eligo in Summum Pontificem”. Surat suara dilipat, diangkat tinggi-tinggi, lalu dibawa ke altar. Di hadapan altar, mereka mengucapkan sumpah yang menegaskan bahwa suara diberikan berdasarkan bisikan iman dan keyakinan pada kehendak Tuhan.
Surat suara kemudian dijatuhkan ke dalam piala melalui piring logam. Bagi kardinal yang sakit namun hadir, suara dikirim lewat pengawas. Bagi yang tak bisa hadir, tiga infirmarii membawa surat suara dan kotak terkunci ke tempat mereka, lalu mengembalikan kotak ke altar.
Hitung yang Penuh Tanggung Jawab
Penghitungan dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Jika jumlah surat suara tidak sesuai dengan jumlah pemilih, proses dibatalkan dan diulang. Jika sesuai, surat dibuka dan dibacakan tiga kali oleh tiga pengawas berbeda. Suara sah dicatat. Surat suara yang menggandakan nama dihitung satu; bila nama berbeda, keduanya dianggap batal.
Setelah penghitungan selesai, surat suara ditusuk jarum dan diikat tali, lalu disimpan. Jika satu kandidat meraih dua pertiga suara—minimal 89 suara—dialah Paus baru. Seluruh surat suara lalu dibakar: asap hitam jika belum ada hasil, asap putih jika Paus terpilih.
Jeda Iman di Tengah Tekanan
Konklaf berlangsung empat kali dalam sehari: dua sesi pagi dan dua sore. Jika selama tiga hari belum ada hasil, para kardinal berhenti sejenak untuk berdoa dan berdiskusi secara informal. Jeda ini bisa berulang setiap tujuh putaran hingga tahap akhir, di mana hanya dua kandidat teratas yang boleh dipilih.
Di tengah keheningan Kapel Sistina, ribuan umat di Lapangan Santo Petrus menatap cerobong asap, menunggu sinyal surgawi: hitam atau putih. Dalam prosesi yang penuh doa dan diskresi ini, dunia menanti pemimpin baru Gereja Katolik.
Live Streaming terkait Conclave 2025
Responses