Setelah Ombak Menelan Tujuh Nyawa, Bengkulu Berjanji Menata Ulang Wisatanya

mediarelasi.id– Ombak tinggi yang menggulung kapal wisata di Pantai Cukuh tak hanya merenggut tujuh nyawa, tapi juga menyisakan luka mendalam dan sebuah tamparan keras bagi wajah pariwisata Bengkulu. Di tengah duka, Wali Kota Bengkulu Dedy Wahyudi berdiri dan bersumpah: “Ini tidak boleh terulang lagi.”
Tragedi itu terjadi pada Minggu, 11 Mei 2025. Kapal yang membawa 17 wisatawan dalam perjalanan menuju Pulau Tikus karam di tengah lautan yang mendadak murka. Delapan berhasil selamat. Tujuh tak sempat kembali ke daratan. Dua lainnya, hingga Senin malam, masih belum ditemukan.
Dalam pernyataannya pada Senin (12/5), Dedy Wahyudi mengakui bahwa musibah ini menjadi titik balik.
“Ini pelajaran yang mahal, dan harus dibayar dengan perbaikan sistem yang menyeluruh,” katanya.
Ia menegaskan, ke depan, sektor pariwisata di Bengkulu tak lagi hanya bicara keindahan alam, tapi juga keselamatan jiwa.
Menurut Dedy, semua pihak yang terlibat dalam aktivitas wisata, dari operator kapal hingga dinas pariwisata, akan diminta mematuhi standar keselamatan yang lebih ketat—mulai dari batas muatan hingga izin operasional yang sah.
“Jika prosedur ditaati, banyak musibah bisa dicegah,” ujarnya dengan tegas.
Pemkot Bengkulu juga menjanjikan peningkatan koordinasi lintas instansi demi menciptakan wisata yang tak hanya menarik, tetapi juga aman dan manusiawi.
“Wisata itu harus jadi tempat pulang dengan kenangan indah, bukan kepulangan terakhir,” tutur Dedy.
Ucapan belasungkawa mengalir untuk para korban dan keluarga mereka, yang sebagian besar berasal dari luar daerah. Bantuan pun langsung digulirkan—dari proses evakuasi, pemulangan jenazah, hingga pendampingan bagi keluarga di rumah sakit.
Di balik kesedihan, ada secercah apresiasi. Dedy memuji gerak cepat semua unsur: TNI, Polri, Basarnas, nelayan lokal, hingga relawan yang tak kenal lelah menyisir ombak dan pantai.
“Kami semua terpukul, tapi kami juga semua bergerak,” katanya.
Pencarian dua korban terakhir masih berlangsung, meski tantangan cuaca ekstrem dan ombak tinggi terus menghambat upaya tim di lapangan.
Tragedi ini menampar kesadaran kolektif bahwa pariwisata bukan hanya soal spot Instagramable atau paket murah meriah. Ia adalah soal tanggung jawab atas keselamatan setiap manusia yang mempercayakan hidupnya kepada alam—dan kepada sistem yang seharusnya melindungi mereka.
Responses