Putin Sambut Paus Leo XIV: Diplomasi Iman di Tengah Bayang-Bayang Perang

mediarelasi.id — Di tengah dunia yang terpecah oleh konflik dan kepentingan geopolitik, sebuah ucapan selamat mengalir dari Kremlin kepada Tahta Suci di Vatikan. Presiden Rusia Vladimir Putin, pemimpin yang dikenal keras dalam kebijakan luar negeri, memberikan sambutan hangat kepada Paus Leo XIV, paus pertama dalam sejarah yang berasal dari Amerika Serikat.
Melalui pernyataan resmi yang dipublikasikan di situs Kremlin, Putin menyampaikan harapannya akan suksesnya kepemimpinan sang Paus dalam menjalankan “misi agung yang dipercayakan kepadanya.” Namun lebih dari sekadar ucapan diplomatik, pesan itu mengandung gema yang lebih dalam: ajakan untuk tetap menjaga jembatan antara dua dunia yang seringkali berdiri di sisi berlawanan geopolitik.
“Saya yakin bahwa dialog konstruktif dan kerja sama antara Rusia dan Vatikan akan terus berkembang, berlandaskan pada nilai-nilai Kristen yang kita miliki bersama,” tulis Putin—sebuah pernyataan yang tampaknya ingin menunjukkan bahwa bahkan di saat relasi internasional retak, iman bisa tetap menjadi ruang temu.
Selama masa Paus Fransiskus, relasi Moskow dan Vatikan sempat memasuki masa hangat, meskipun tak bebas dari ketegangan. Paus asal Argentina itu dikenal vokal menyerukan perdamaian di Ukraina, termasuk setelah invasi Rusia dimulai pada 2022. Hubungan yang semula dibangun melalui tiga pertemuan pribadi dan komunikasi jarak jauh, akhirnya mendingin seiring eskalasi konflik dan pendirian Vatikan yang semakin kritis.
Namun bagi Putin, yang secara terbuka mengusung identitas sebagai pemeluk Kristen Ortodoks dan sering memanfaatkan nilai-nilai keagamaan dalam retorika politiknya, Vatikan tetap dianggap sebagai mitra simbolik dalam membingkai narasi moral dunia.
Meski begitu, di balik diplomasi halus itu, jejak realitas tidak bisa dihapus. Rusia tetap meneruskan langkah-langkah militernya, termasuk aneksasi Krimea dan invasi di wilayah timur Ukraina.
Di dalam negeri, Gereja Katolik Rusia memilih untuk bersuara lembut, hampir senyap, sementara Gereja Ortodoks—yang lebih dekat dengan Kremlin—justru memberikan legitimasi moral atas langkah-langkah Putin.
Kini, dengan terpilihnya Paus Leo XIV, dunia menyaksikan babak baru dalam dinamika Vatikan dan Moskow. Apakah Paus asal Amerika ini akan menjaga jarak, atau memilih menjalin ulang komunikasi yang retak—masih menjadi pertanyaan terbuka.
Di antara doa dan diplomasi, para pemimpin dunia kembali memainkan peran mereka. Tapi di balik pidato-pidato resmi, dunia menunggu: apakah suara moral dari Vatikan akan kembali menjadi gema keras di hadapan kekuasaan bersenjata?
Responses