Protokol Kyoto: Upaya Global dalam Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca

- Penulis Berita

Rabu, 19 Februari 2025 - 13:17 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Protokol Kyoto: Upaya Global dalam Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Protokol Kyoto: Upaya Global dalam Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca

mediarelasi.id Protokol Kyoto adalah perjanjian internasional yang bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca guna mengatasi perubahan iklim. Perjanjian ini diadopsi pada tahun 1997 di Kyoto, Jepang, dan mulai berlaku pada 16 Februari 2005. Protokol ini menetapkan target pengurangan emisi bagi negara-negara industri yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Latar Belakang

Protokol Kyoto lahir sebagai bagian dari Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) yang ditandatangani pada tahun 1992. Tujuan utama dari perjanjian ini adalah menekan laju pemanasan global yang disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca, seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan dinitrogen oksida (N2O).

Komitmen dan Target

Protokol Kyoto mewajibkan negara-negara maju untuk mengurangi emisi gas rumah kaca mereka rata-rata sebesar 5,2% dibandingkan tingkat emisi tahun 1990. Target ini berbeda-beda bagi setiap negara tergantung pada kondisi ekonomi dan kapasitasnya. Beberapa negara, seperti Uni Eropa, diberi target pengurangan yang lebih tinggi, sementara negara-negara berkembang tidak diwajibkan untuk memenuhi target tertentu, tetapi tetap didorong untuk berpartisipasi dalam program mitigasi.

Baca Juga:  Konflik Agama: Akar Masalah, Dampak, dan Upaya Penyelesaian

Mekanisme Pelaksanaan

Untuk membantu negara-negara dalam mencapai target pengurangan emisi, Protokol Kyoto memperkenalkan beberapa mekanisme fleksibel, antara lain:

  1. Perdagangan Emisi (Emission Trading): Negara-negara yang berhasil mengurangi emisinya lebih dari target yang ditentukan dapat menjual kelebihan hak emisinya kepada negara lain.
  2. Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism/CDM): Negara maju dapat berinvestasi dalam proyek-proyek ramah lingkungan di negara berkembang untuk mendapatkan kredit karbon yang dapat digunakan untuk memenuhi target emisi mereka.
  3. Implementasi Bersama (Joint Implementation/JI): Negara maju dapat melaksanakan proyek pengurangan emisi di negara maju lainnya dan mendapatkan kredit karbon sebagai imbalan.
Protokol Kyoto: Upaya Global dalam Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Tantangan dan Kritik

Meskipun menjadi tonggak penting dalam kebijakan iklim global, Protokol Kyoto menghadapi berbagai tantangan dan kritik, seperti:

  • Kurangnya Partisipasi Negara-Negara Besar: Amerika Serikat, salah satu penghasil emisi terbesar di dunia, menolak meratifikasi protokol ini dengan alasan bahwa hal tersebut dapat menghambat pertumbuhan ekonominya.
  • Efektivitas yang Dipertanyakan: Beberapa negara mengalami kesulitan dalam memenuhi target pengurangan emisi, dan ada kekhawatiran bahwa mekanisme fleksibel malah memungkinkan negara-negara maju untuk menghindari tanggung jawab utama mereka.
  • Perubahan Dinamika Global: Seiring berkembangnya perekonomian negara-negara berkembang seperti China dan India, muncul perdebatan mengenai perlunya kewajiban emisi yang lebih merata.
Baca Juga:  Jonathan Frizzy Tersandung Kasus Vape Berisi Obat Keras

Perkembangan Setelah Protokol Kyoto

Protokol Kyoto memiliki dua periode komitmen, yaitu 2008-2012 dan 2013-2020 (melalui Amandemen Doha). Namun, setelah tahun 2020, Protokol Kyoto secara efektif digantikan oleh Perjanjian Paris 2015, yang memiliki pendekatan lebih inklusif dengan melibatkan semua negara dalam upaya mitigasi perubahan iklim.

Kesimpulan

Protokol Kyoto merupakan langkah awal yang penting dalam upaya global untuk mengatasi perubahan iklim. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, perjanjian ini menjadi dasar bagi kebijakan-kebijakan iklim di masa depan, termasuk Perjanjian Paris. Untuk mencapai keberlanjutan lingkungan, dibutuhkan komitmen lebih kuat dari semua negara dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan.

Berita Terkait

Perjalanan Spektakuler Melintasi 50 Terowongan dan 77 Jembatan di Taiwan
Sekjen IKA UNAIR Imbau Wisudawan Perkuat Jaringan Alumni
Hari Ayah Sedunia: Menghargai Peran dan Cinta Tanpa Syarat Seorang Ayah
Strawberry Moon Muncul di Langit, Warisan Tradisi Kuno yang Bertemu Sains Modern
Kota Atlantis: Misteri Peradaban Legendaris yang Hilang di Dasar Laut
Polisi Tangkap Pengoplos Gas di Tangerang, Kerugian Negara Rp612 Juta
Botok: Rasa yang Tersimpan dalam Lipatan Waktu
Kenapa Banyak Pesawat Berwarna Putih? Ini 5 Alasan Utamanya
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 15 Juni 2025 - 12:42 WIB

Sekjen IKA UNAIR Imbau Wisudawan Perkuat Jaringan Alumni

Minggu, 15 Juni 2025 - 12:36 WIB

Hari Ayah Sedunia: Menghargai Peran dan Cinta Tanpa Syarat Seorang Ayah

Kamis, 12 Juni 2025 - 09:08 WIB

Strawberry Moon Muncul di Langit, Warisan Tradisi Kuno yang Bertemu Sains Modern

Jumat, 30 Mei 2025 - 09:47 WIB

Kota Atlantis: Misteri Peradaban Legendaris yang Hilang di Dasar Laut

Rabu, 28 Mei 2025 - 19:56 WIB

Polisi Tangkap Pengoplos Gas di Tangerang, Kerugian Negara Rp612 Juta

Berita Terbaru

Veteran AS Lebih Rentan Masuk Penjara, Terapi Kuda Jadi Harapan Baru

Internasional

Veteran AS Lebih Rentan Masuk Penjara, Terapi Kuda Jadi Harapan Baru

Senin, 16 Jun 2025 - 13:20 WIB

Disiksa Berjam-jam! Begini Ketatnya Uji Ketahanan iPhone di Lab Apple

Teknologi dan Sains

Disiksa Berjam-jam! Begini Ketatnya Uji Ketahanan iPhone di Lab Apple

Senin, 16 Jun 2025 - 13:08 WIB