Perjalanan Politik Donald Trump: Dari Pengusaha Real Estate hingga Kembali ke Gedung Putih

Donald Trump memulai kariernya di sektor real estate, bisnis yang diwarisinya dari ayahnya, Fred Trump.

mediarelasi.id – Nama Donald Trump tak pernah lepas dari sorotan, baik di panggung bisnis maupun politik. Di usianya yang kini sudah 78 tahun, Trump telah kembali memenangkan kursi kepresidenan Amerika Serikat pada Pemilu 2024, membuktikan bahwa perjalanannya dalam dunia politik masih jauh dari kata selesai. Dari seorang pengusaha real estate yang kontroversial, tokoh televisi, hingga akhirnya menjadi Presiden AS ke-45 dan kemudian Presiden AS ke-47, jejak karier politik Trump penuh dinamika, ambisi, dan kontroversi.

Awal Mula Karier: Pengusaha Real Estate yang Berani

Donald Trump memulai kariernya di sektor real estate, bisnis yang diwarisinya dari ayahnya, Fred Trump.

Setelah lulus dari Wharton School of Finance di University of Pennsylvania, Trump mengambil alih perusahaan keluarga dan segera merintis jalannya sendiri di industri ini. Salah satu proyek besarnya di awal karier adalah renovasi Hotel Commodore yang kemudian menjadi Grand Hyatt New York, yang menjadi titik awal ekspansi Trump di dunia real estate. Ia dikenal memiliki gaya yang flamboyan, ambisius, dan berani mengambil risiko, karakteristik yang terus melekat sepanjang hidupnya.

Setelah sukses di New York, Trump melanjutkan ekspansi besar-besaran, membangun Trump Tower yang ikonis di Manhattan dan kemudian mengembangkan berbagai proyek lain, termasuk lapangan golf dan hotel mewah di berbagai belahan dunia. Nama Trump semakin dikenal, bukan hanya sebagai pengusaha real estate, tetapi juga sebagai figur publik dengan gaya hidup yang glamor dan sering kali kontroversial.

Terjun ke Dunia Hiburan dan Pop Culture

Keputusan Trump untuk terjun ke dunia hiburan melalui acara realitas televisi “The Apprentice” pada awal 2000-an membuka jalan baru baginya. Acara ini menampilkan Trump sebagai bos yang menentukan nasib peserta yang bersaing untuk memenangkan posisi di perusahaannya. “The Apprentice” meraih popularitas besar, membuat Trump semakin dikenal luas oleh publik Amerika dan dunia.

Popularitas yang diraihnya dari acara ini tak hanya menambah kekayaan dan pengaruhnya, tetapi juga membangun citra dirinya sebagai sosok yang tegas, kompetitif, dan tidak kenal kompromi dalam mencapai tujuannya.

Dalam banyak hal, “The Apprentice” menjadi fondasi yang membantu Trump mempersiapkan panggung untuk terjun ke dunia politik di kemudian hari. Ia berhasil memanfaatkan ketenarannya sebagai “bos” di acara tersebut untuk membangun jaringan dan basis pendukung yang setia.

Memasuki Dunia Politik dan Pemilu 2016

Trump pertama kali menyatakan ketertarikannya pada dunia politik pada akhir 1980-an, tetapi baru pada 2015 ia benar-benar serius mencalonkan diri sebagai Presiden AS. Dengan slogan “Make America Great Again,” Trump mencalonkan diri sebagai kandidat dari Partai Republik, meski pada awalnya banyak pihak yang meremehkan keseriusan dan kemampuannya di ranah politik.

Namun, Trump segera menunjukkan kekuatannya sebagai kandidat yang tak terduga. Gaya kampanyenya yang unik, blak-blakan, dan sering kali kontroversial, berhasil menarik perhatian media dan masyarakat luas. Ia menyampaikan pesan populis yang menarik bagi banyak pemilih, terutama di kalangan kelas pekerja yang merasa terpinggirkan. Tanpa latar belakang politik tradisional, Trump berhasil menggambarkan dirinya sebagai “outsider” yang mampu membawa perubahan nyata.

Pada 2016, Trump mengejutkan dunia dengan mengalahkan Hillary Clinton dalam Pemilu AS, yang dianggap sebagai salah satu kemenangan paling kontroversial dan tidak terduga dalam sejarah politik modern. Pelantikannya sebagai Presiden AS ke-45 pada Januari 2017 menandai awal dari empat tahun yang penuh dengan kebijakan kontroversial dan perubahan besar dalam politik Amerika.

Empat Tahun Pertama di Gedung Putih

Selama masa jabatan pertamanya, Trump menerapkan berbagai kebijakan yang mengubah wajah politik AS. Ia mendorong pemotongan pajak, memperketat kebijakan imigrasi, dan mengambil sikap keras terhadap perdagangan internasional, terutama dalam hubungan dengan Tiongkok. Trump juga menarik AS keluar dari perjanjian internasional, seperti Kesepakatan Iklim Paris, yang mengundang kritik dari banyak pihak.

Di bidang kebijakan dalam negeri, ia memicu kontroversi dengan retorikanya yang keras dan pendekatannya yang kadang dianggap memecah belah. Meskipun demikian, Trump memiliki basis pendukung yang solid, terutama di kalangan konservatif yang menyukai kebijakannya terkait ekonomi, peradilan, dan kebijakan luar negeri.

Pada akhir masa jabatannya, Trump menghadapi berbagai tantangan, termasuk pandemi COVID-19, yang mempengaruhi peluangnya untuk terpilih kembali pada Pemilu 2020. Namun, Joe Biden dari Partai Demokrat akhirnya memenangkan pemilu tersebut, dan Trump meninggalkan Gedung Putih pada Januari 2021.

Kembali ke Panggung Politik di Pemilu 2024

Setelah kekalahannya pada 2020, banyak yang mengira Trump akan mundur dari dunia politik, namun ia justru kembali muncul sebagai kandidat pada Pemilu 2024. Dukungan dari Partai Republik dan basis pemilih setianya mendorongnya untuk kembali mencalonkan diri. Dengan slogan “Save America,” Trump melakukan kampanye yang sekali lagi menggaungkan pesan populis, menyasar isu-isu seperti keamanan perbatasan, ekonomi, dan pengaruh asing di AS.

Dalam Pemilu 2024, Trump menghadapi Kamala Harris, yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden AS dari Partai Demokrat. Persaingan sengit antara keduanya berakhir dengan kemenangan bagi Trump, menandai kembalinya ia ke Gedung Putih sebagai Presiden AS ke-47.

Warisan Politik Donald Trump

Terlepas dari kontroversi yang selalu mengiringinya, perjalanan politik Trump telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam politik AS. Dia adalah sosok yang mampu mengubah paradigma, membawa gaya politik yang berbeda dari pendahulunya.

Dengan kembalinya ia ke kursi kepresidenan, Trump sekali lagi memiliki peluang untuk memengaruhi kebijakan dan arah politik AS, terutama dalam isu-isu yang menjadi fokusnya sejak awal, seperti kebijakan imigrasi, keamanan nasional, dan hubungan internasional.

Related Articles

Responses

Your email address will not be published. Required fields are marked *