Penyebaran Kasus Human Metapneumovirus (HMPV) Meningkat di China, Gejalanya Serupa dengan COVID-19?

mediarelasi.id – Kasus penyakit pernapasan Human Metapneumovirus (HMPV) dilaporkan melonjak di China, terutama di kalangan anak-anak di bawah usia 14 tahun. Rumah sakit di berbagai daerah di China dilaporkan kewalahan dengan banyaknya pasien yang datang dengan gejala penyakit pernapasan tersebut. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit China melaporkan peningkatan signifikan dalam kasus HMPV pada periode 16-22 Desember 2024, dengan gejala-gejalanya mirip dengan COVID-19, seperti batuk, demam, hidung tersumbat, hingga sesak napas.
Meski Indonesia belum melaporkan adanya kasus HMPV, Dr. Erlina Burhan, spesialis paru dari RS Persahabatan, mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada. Dalam cuitannya di media sosial, ia menyampaikan bahwa penyakit menular dapat menyebar dengan cepat dan dunia yang semakin terhubung memungkinkan virus ini dengan mudah berpindah antarnegara. Oleh karena itu, meski Indonesia belum terdampak, kewaspadaan tetap diperlukan.
Menurut Medical News Today, HMPV adalah virus pernapasan yang tergolong dalam keluarga pneumoviridae, yang juga mencakup virus respiratory syncytial virus (RSV). Virus ini umum terjadi pada manusia dan dapat menyebabkan gangguan pernapasan serupa dengan gejala COVID-19. Gejalanya mencakup batuk, demam, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, hingga sesak napas. Seperti COVID-19, HMPV menyebar melalui udara dan kontak langsung, dan dalam kasus yang lebih parah, dapat menyebabkan rawat inap.

Namun, meskipun memiliki gejala yang serupa, HMPV berbeda dengan COVID-19 dalam beberapa aspek. Salah satunya adalah kenyataan bahwa saat ini belum ada terapi antivirus atau vaksin khusus untuk mengobati infeksi HMPV. Penyakit ini cenderung musiman, dengan lonjakan kasus biasanya terjadi pada musim dingin dan semi, sementara COVID-19 bisa menyebar sepanjang tahun akibat varian baru yang terus bermunculan.
Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa insiden HMPV telah meningkat secara signifikan di beberapa negara setelah pandemi COVID-19. Tindakan pencegahan COVID-19 yang ketat, seperti pembatasan sosial dan kebijakan menjaga jarak, menyebabkan penurunan paparan terhadap berbagai penyakit pernapasan, termasuk HMPV. Akibatnya, setelah pembatasan tersebut dicabut, muncul lonjakan kasus HMPV di beberapa wilayah.
Masa inkubasi HMPV berkisar antara tiga hingga enam hari, dengan gejala yang biasanya berlangsung antara dua hingga tujuh hari, tergantung pada keparahan infeksinya. Dalam kasus yang tidak terlalu parah, pasien biasanya akan pulih dalam waktu beberapa hari hingga seminggu. Gejala seperti batuk mungkin bertahan sedikit lebih lama, namun dalam banyak kasus, infeksi ini tidak menyebabkan komplikasi yang mengancam nyawa.
Secara keseluruhan, meskipun HMPV tidak seberbahaya COVID-19 dalam banyak kasus, penyakit ini tetap perlu mendapatkan perhatian. Masyarakat disarankan untuk mengikuti langkah-langkah pencegahan umum, seperti mencuci tangan, mengenakan masker, dan menjaga jarak fisik jika ada wabah penyakit pernapasan di sekitar mereka. Ini penting untuk meminimalkan risiko penularan, terutama di musim-musim yang rawan penyakit pernapasan.
Responses