Ngopi Sambil Ngetik: Beneran Produktif atau Cuma Cari Estetika?

Ngopi

mediarelasi.idDi era kerja remote dan gaya hidup serba digital, ngopi sambil buka laptop udah jadi pemandangan harian di banyak sudut kota. Dari freelancer, mahasiswa tingkat akhir, sampai digital nomad dadakan, semua berlomba cari spot nyaman—biasanya dengan latte hangat dan colokan yang tak jauh dari jangkauan.

Tapi… apakah benar kerja dari kafe bikin kita lebih produktif? Atau jangan-jangan, ini cuma jadi template hidup estetik ala Instagram?


1. Aroma Kopi, Suasana Kafe, dan Ilusi Fokus

Kafe itu tempat yang semi-chaotic tapi entah kenapa terasa kondusif. Suara mesin espresso, tawa pelan dari meja sebelah, hingga musik latar yang entah dipilih dari playlist siapa—semuanya membentuk latar belakang yang kadang justru bikin ide mengalir.

Beberapa riset bilang white noise sosial ini bisa memicu kreativitas. Bahkan, pindah lokasi kerja ke kafe bisa bantu otak keluar dari kebosanan rumah atau kantor yang itu-itu aja. Tapi ingat, ini “kadang” membantu, bukan selalu.


2. Kafein: Sahabat Fokus atau Biang Gelisah?

Cangkir kopi pertama biasanya bikin semangat naik. Fokus meningkat, jari lincah di keyboard, dan mata terang benderang.

Tapi dua cangkir kemudian… tangan mulai gemetar, jantung berdetak cepat, dan otak malah muter-muter mikirin hal lain. Kafein memang ajaib, tapi seperti semua yang adiktif—efek sampingnya nyata. Konsumsi berlebihan malah bikin kamu overthinking alih-alih produktif.


📸 3. Kafe Estetik vs Kerja Otentik

Beberapa orang ke kafe bukan untuk deep work, tapi deep aesthetic. Pesan cappuccino, atur laptop dan buku catatan, lalu ambil 20 foto dari sudut berbeda. Story diunggah, tapi file kerja masih kosong.

Fakta menarik: riset dari RescueTime menyebutkan, rata-rata waktu fokus di tempat umum hanya 35 menit per jam. Sisanya? Scroll medsos, balas chat, atau sekadar bengong.


💸 4. Harga Kopi, Harga Fokus

Kerja dari kafe punya “tiket masuk” tak tertulis: minimal satu gelas minuman, dan lebih bagus kalau sekalian pesan makanan. Kalau enggak, siap-siap jadi objek tatapan barista. Dan kalau kamu sering-sering ngopi, biaya kecil itu bisa jadi lubang besar di dompet.

Belum lagi drama Wi-Fi lambat, colokan rebutan, atau waktu yang habis di jalan menuju kafe. Produktivitas yang diniatkan bisa ambyar sebelum dokumen kerja terbuka.


🎯 Jadi, Ini Produktif Beneran atau Cuma Gaya Hidup?

Jawabannya balik lagi ke niat dan manajemen diri. Kalau kamu datang ke kafe dengan to-do list jelas, pakai mode fokus, matikan notifikasi, dan batasi waktu, maka itu bisa jadi tempat kerja alternatif yang menyenangkan.

Tapi kalau kamu ke sana cuma untuk vibes, foto-foto, dan berharap produktivitas muncul secara ajaib… ya, itu cuma ilusi produktif dengan sentuhan latte art.

Ngopi sambil kerja itu bukan soal di mana, tapi soal bagaimana kamu mengelola fokus dan energi. Estetika boleh, tapi hasil tetap bicara lebih banyak.

Related Articles

Responses

Your email address will not be published. Required fields are marked *