mediarelasi.id – Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menyoroti perubahan bentuk ancaman terhadap kedaulatan negara yang kini meluas ke dunia maya. Menurutnya, pertahanan negara tidak lagi terbatas pada ranah fisik seperti daratan, lautan, atau udara, melainkan juga mencakup ruang siber.
“Transformasi digital yang berlangsung begitu cepat telah menjadikan ruang siber sebagai medan strategis yang tak kalah penting dalam menjaga kedaulatan nasional,” ungkap Meutya pada Kamis (29/5/2025).
Ia menyebut ruang siber sebagai elemen vital dalam sistem pertahanan modern. Menurut Meutya, keberlangsungan dan keamanan ruang digital harus menjadi perhatian bersama karena berpengaruh langsung terhadap masa depan Indonesia.
“Ruang digital adalah nadi pertahanan era kini. Menjaganya berarti memastikan keberlangsungan bangsa,” tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Meutya juga mengangkat isu serius terkait penyebaran informasi palsu yang marak terjadi di dunia digital. Ia mengklasifikasikan hoaks ke dalam tiga jenis utama yang masing-masing membawa ancaman tersendiri.
Pertama, misinformasi—informasi salah yang tersebar tanpa unsur kesengajaan. Kedua, disinformasi—informasi palsu yang disebarkan secara sadar untuk menyesatkan publik. Dan ketiga, malinformasi—informasi yang sebenarnya benar, tetapi disampaikan dengan niat buruk untuk merugikan pihak tertentu.
Meutya menekankan bahwa ketiga bentuk penyimpangan informasi ini harus ditanggapi secara serius agar tidak memicu perpecahan di masyarakat.
“Hoaks bukan sekadar gangguan komunikasi. Ia bisa menjadi alat untuk merusak fondasi ideologi, memperuncing ketegangan politik, dan melemahkan solidaritas sosial,” pungkasnya.