mediarelasi.id – Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) tengah melakukan kajian strategis terhadap potensi dampak konflik bersenjata antara Iran dan Israel terhadap perekonomian Indonesia serta stabilitas nasional. Kajian ini disiapkan sebagai bahan rekomendasi untuk Presiden Prabowo Subianto dalam menyikapi perkembangan geopolitik yang dapat memengaruhi kondisi dalam negeri.
Hal ini disampaikan oleh Gubernur Lemhannas, Ace Hasan Syadzily, dalam sambutannya saat membuka The 9th Jakarta Geopolitical Forum (JGF) 2025 di Jakarta, Senin (23/6/2025). Forum tahun ini mengangkat tema “Geoeconomic Fragmentation and Energy Security”.
Ace menyoroti bahwa eskalasi konflik yang melibatkan Iran dan Israel, serta dukungan militer terbuka dari Amerika Serikat kepada Israel, tidak hanya menjadi ancaman bagi stabilitas kawasan Timur Tengah, tetapi juga membawa konsekuensi global, termasuk bagi Indonesia yang secara langsung tidak terlibat.
“Lemhannas telah mulai merumuskan kajian skenario terburuk jika konflik ini terus berlanjut dalam jangka panjang. Ini menjadi bagian dari peran kami untuk memberikan masukan kebijakan kepada pemerintah,” ujar Ace dalam konferensi pers menjelang pembukaan forum.
JGF 2025 merupakan forum tahunan yang menjadi ajang diskusi strategis para pemangku kepentingan di bidang geopolitik dan geoekonomi, baik dari dalam maupun luar negeri.
Dalam pemaparannya, Ace menyampaikan bahwa hasil kajian tersebut bersifat rahasia dan hanya akan disampaikan kepada Presiden serta kementerian/lembaga terkait. Analisis yang dilakukan mencakup berbagai sektor, termasuk tekanan terhadap ekonomi global, potensi ketidakstabilan sosial, serta ancaman pada ketahanan energi nasional.
“Evaluasi kami dilakukan dalam tiga lapisan waktu: cepat, menengah, dan jangka panjang,” ungkapnya. Ia juga menyatakan bahwa Lemhannas secara konsisten memantau kondisi global dan menyusun proyeksi skenario berdasarkan sistem kuadran, untuk mengidentifikasi tingkat ancaman dan urgensinya.
Dalam sistem itu, setiap skenario diposisikan ke dalam salah satu dari empat kuadran berdasarkan tingkat risiko dan kemungkinan terjadinya. “Kami telah mengembangkan roadmap prediktif sebagai bagian dari langkah antisipatif nasional,” tambah Ace.
Penyelenggaraan JGF tahun ini berada di bawah koordinasi Deputi Pengkajian Lemhannas dan didukung oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Ace menyebut momentum forum ini bertepatan dengan Hari Ulang Tahun ke-498 Kota Jakarta, yang menjadikannya lebih bermakna.
“Pemilihan nama Jakarta dalam forum ini bukan sekadar penanda lokasi, tetapi juga simbol peran Jakarta sebagai kota global yang berkontribusi pada transformasi energi nasional,” ucapnya.
Sebagai bagian dari rangkaian forum, Gubernur DKI Jakarta dijadwalkan untuk menyampaikan pengalaman kota dalam penerapan energi baru dan terbarukan (EBT) di sektor publik, sebagai wujud nyata komitmen terhadap keberlanjutan dan inovasi energi.