Ketidakpastian Tarif Impor Trump Menghantam Wall Street

mediarelasi.id – Pada Selasa, 8 April 2025, Wall Street mengalami penurunan tajam meskipun sempat dibuka dengan penguatan. Para investor tampaknya masih khawatir dengan ketidakpastian yang mengelilingi kebijakan tarif impor Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang memicu kecemasan terkait kelanjutan perang dagang.
Menurut laporan dari AP, indeks S&P 500 sempat melesat naik 4,1%, namun keuntungan tersebut dengan cepat sirna. Indeks ini akhirnya ditutup turun 1,6% setelah sempat terkoreksi hingga 3%. Dow Jones Industrial Average mengalami penurunan sebesar 320 poin atau 0,8%, meskipun sempat melesat 1.460 poin sebelumnya. Indeks Nasdaq Composite bahkan merosot lebih dalam lagi, yakni 2,1%.
Gejolak pasar saham AS ini terjadi meski bursa saham global lainnya sempat mencatatkan kenaikan. Saham di Tokyo naik 6%, Paris menguat 2,5%, dan Shanghai bertambah 1,6%. Meskipun demikian, para analis memperingatkan bahwa volatilitas pasar mungkin masih akan berlanjut dalam beberapa hari atau bahkan jam-jam mendatang.
Isu utama yang membayangi pasar adalah seberapa lama kebijakan tarif tinggi Presiden Trump terhadap negara-negara mitra dagangnya akan berlangsung. Tarif yang tinggi berpotensi meningkatkan harga barang-barang konsumsi di AS, yang pada gilirannya bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Jika kebijakan ini bertahan lama, beberapa ekonom memperingatkan potensi terjadinya resesi. Namun, jika Trump bersedia untuk menurunkan tarif dan melakukan negosiasi dalam waktu dekat, skenario terburuk ini bisa dihindari, meskipun dampaknya terhadap Wall Street tetap bisa signifikan.
Secara keseluruhan, indeks S&P 500 turun 79,48 poin, berakhir di level 4.982,77. Dow Jones Industrial Average melemah 320,01 poin menjadi 37.645,59, sementara Nasdaq Composite jatuh 335,35 poin, ditutup di angka 15.267,91.
Perusahaan-perusahaan dengan rantai pasokan global menjadi yang paling terdampak. Saham Ralph Lauren terpuruk 5,6%, sementara saham Best Buy merosot 8,3%. Meskipun tidak secara langsung mengimpor banyak barang dari China, industri elektronik tetap sangat bergantung pada pasokan dari negara tersebut.
Responses