mediarelasi.id – Konflik bersenjata antara Israel dan Iran kembali memanas setelah Israel melancarkan serangan udara skala besar ke jantung pertahanan Iran di Teheran pada Minggu (15/6/2025). Target utama serangan tersebut meliputi instalasi energi dan kompleks Kementerian Pertahanan Iran.
Sebagai tanggapan, Iran membombardir wilayah utara Israel dengan serangkaian rudal, menewaskan sedikitnya empat warga sipil di Galilea. Suara ledakan terdengar di berbagai penjuru Teheran saat sistem pertahanan udara dikerahkan untuk menangkis serangan lanjutan.
Menurut laporan media lokal dan internasional, Israel mengklaim keberhasilan menghancurkan sejumlah fasilitas strategis yang disebut-sebut berhubungan dengan program nuklir Iran. Serangan itu juga diklaim menewaskan sejumlah tokoh penting militer dan ilmuwan senior Iran.
Sebaliknya, pernyataan dari perwakilan Iran di PBB menyebutkan bahwa serangan Israel telah menyebabkan 78 orang tewas dan lebih dari 320 luka-luka. Pemerintah Iran mengecam aksi militer tersebut sebagai tindakan agresi besar yang tak dapat dibiarkan.
Situasi Teheran Memburuk, Kabinet Israel Gelar Rapat Darurat
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menggambarkan suasana di Teheran sebagai “kondisi darurat seperti kota dalam kobaran api.” Di tengah hujan rudal dan serangan udara yang terus terjadi, pemerintah Israel langsung menggelar rapat kabinet keamanan guna menyusun respons lebih lanjut.
Iran sendiri tak tinggal diam. Serangan balasan dilakukan sejak Jumat malam hingga Sabtu dini hari, menewaskan tiga warga Israel dan melukai 174 lainnya, termasuk dua orang dalam kondisi kritis. Militer Israel juga melaporkan tujuh tentaranya mengalami luka ringan akibat serangan di wilayah tengah negara itu.
Pejabat Amerika Serikat mengonfirmasi bahwa sistem pertahanan udara AS di kawasan Timur Tengah turut berperan dalam menghalau rudal-rudal yang ditembakkan Iran.
Perundingan Nuklir Gagal, Komunitas Internasional Serukan Penahanan Diri
Situasi konflik yang semakin tidak terkendali berdampak langsung pada diplomasi internasional. Putaran keenam perundingan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat yang seharusnya digelar di Oman resmi dibatalkan. Pihak Oman menyatakan batalnya pertemuan sebagai akibat langsung dari eskalasi militer.
Iran menuding bahwa Israel tidak mungkin bertindak tanpa campur tangan atau restu dari Washington. Abbas Araghchi, diplomat senior Iran, mengatakan bahwa tindakan Israel membuktikan absennya niat baik untuk berdialog. Sementara itu, Amerika Serikat membantah keras tuduhan tersebut.
Dunia internasional, termasuk PBB dan Uni Eropa, menyerukan deeskalasi segera dan menekankan pentingnya diplomasi untuk meredam konflik yang berisiko melebar.
Dalam pernyataan tegasnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa operasi militer yang telah dilakukan “baru awal dari rangkaian respons lebih besar.” Ia memperingatkan bahwa kekuatan militer Israel akan dikerahkan sepenuhnya jika situasi terus memburuk.