mediarelasi.id – Pemerintah Indonesia terus memperluas kerja sama internasional di sektor industri, kali ini dengan mempererat hubungan bilateral bersama Brazil. Langkah ini merupakan bagian dari upaya memperkuat fondasi ekonomi nasional yang berkelanjutan melalui kolaborasi strategis di tingkat global.
Hal ini tercermin dalam pertemuan antara Menteri Perindustrian RI, Agus Gumiwang Kartasasmita, dan Wakil Presiden Brazil sekaligus Menteri Pembangunan, Industri, Perdagangan, dan Jasa, Geraldo Alckmin. Pertemuan berlangsung di sela-sela agenda BRICS Ministers of Industry Meeting yang digelar di Brazil pada Selasa, 20 Mei 2025.
Menteri Agus hadir bersama Dirjen Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional (KPAII), Tri Supondy, serta Duta Besar RI untuk Brazil, Edi Yusup.
“Brazil adalah mitra penting Indonesia di kawasan Amerika Latin. Peningkatan ekspor Indonesia ke Brazil sebesar lebih dari 9 persen sepanjang 2024 menunjukkan sinyal positif yang harus dimanfaatkan lebih lanjut,” ujar Agus.
Ia menekankan bahwa kerja sama ke depan akan difokuskan pada sektor-sektor unggulan seperti bioenergi, industri maritim dan antariksa, pengolahan hasil laut dan peternakan, serta pengembangan produk agribisnis.
Agus juga menyebut bahwa langkah ini selaras dengan visi Presiden Prabowo Subianto dalam memperluas kerja sama global guna memperkokoh daya tahan ekonomi nasional.
Tak hanya secara bilateral, Indonesia dan Brazil juga sejalan dalam berbagai forum internasional seperti G20, WTO, PBB, serta BRICS, terutama dalam mendukung sistem perdagangan global yang adil dan pembangunan berkelanjutan.
Forum BRICS tahun ini mengangkat tema “Penguatan Kerja Sama Global Selatan untuk Tata Kelola yang Inklusif dan Berkelanjutan,” dan diikuti oleh delegasi industri serta UMKM dari 11 negara anggota. Indonesia resmi menjadi anggota BRICS ke-11 sejak Januari 2025, setelah bergabungnya Arab Saudi.
Dengan keanggotaan tersebut, Indonesia berpeluang memperluas jaringan perdagangan, mengakses pembiayaan dari New Development Bank (NDB), serta memainkan peran penting dalam reformasi arsitektur ekonomi global.
Menperin menegaskan bahwa keikutsertaan Indonesia di BRICS memberi ruang besar bagi penguatan industri nasional yang mengedepankan prinsip berkelanjutan, inklusif, dan berbasis inovasi.
Menurut data Bank Dunia, nilai tambah industri manufaktur (Manufacturing Value Added/MVA) Indonesia pada 2023 mencapai USD 255,96 miliar—menempatkan Indonesia di posisi keempat tertinggi di antara anggota BRICS, setelah Tiongkok, India, dan Brazil.
Negara-negara anggota lainnya mencatatkan nilai yang lebih rendah dari Indonesia, termasuk Rusia, Arab Saudi, hingga Afrika Selatan. Di kawasan Asia, Indonesia menempati peringkat kelima setelah Tiongkok, Jepang, India, dan Korea Selatan, sekaligus memimpin di antara negara-negara ASEAN.
Dalam kesempatan yang sama, Agus dijadwalkan mengadakan pembicaraan lanjutan dengan Wakil Menteri Industri dan Teknologi Informasi Tiongkok, Xiong Jijun, serta Wakil Menteri Industri dan Perdagangan Rusia, Aleksei Vladimirovich Gruzdev.
“Melalui dialog intensif dan kemitraan yang saling menguntungkan, Indonesia memperkuat perannya dalam ekosistem industri global dan menjadi jembatan penghubung antarbangsa,” tutup Agus.