Hilangnya Adab, Runtuhnya Integritas: Ketika Manusia Melepas Dirinya Sendiri

mediarelasi.id – Adab adalah bahasa jiwa, sedangkan integritas adalah suaranya. Ketika keduanya hilang, manusia tidak hanya kehilangan arah—ia kehilangan dirinya sendiri.
Di zaman yang serba cepat, di mana segala sesuatu dinilai dari tampilan dan pencapaian lahiriah, adab dan integritas telah menjadi barang langka. Kita hidup dalam era di mana kejujuran dianggap naif, dan kesantunan dikira kelemahan. Padahal, dalam sunyi yang paling hakiki, manusia didefinisikan bukan oleh yang ia miliki, tetapi oleh cara ia memperlakukan sesama, dirinya sendiri, dan kebenaran.
Filsuf Yunani kuno, Socrates, pernah berkata, “Kehidupan yang tidak diuji tidak layak untuk dijalani.” Ujian itu bukan soal kekayaan atau status, melainkan bagaimana seseorang menjaga dirinya dalam kejujuran, dalam kesopanan, dalam kesetiaan pada nilai yang tak terlihat mata—itulah adab.
Adab bukan sekadar sopan santun; ia adalah pengetahuan akan tempat dan waktu, kesadaran akan batas, penghormatan terhadap tatanan batin manusia.
Adab melatih kita untuk tidak serakah dalam berkata-kata, tidak rakus dalam membenarkan diri, dan tidak congkak dalam menilai orang lain. Sementara integritas adalah cerminan sejati dari batin yang utuh: ia hidup di ruang yang tak diawasi, di saat tak seorang pun melihat.
Namun hari ini, banyak manusia melepaskan itu semua demi validasi digital dan keuntungan sesaat. Kejujuran dijual murah untuk tepuk tangan maya. Kata-kata kehilangan bobotnya, dan sikap kehilangan arah. Kita mengira kita bebas, padahal yang kita lakukan hanyalah memperbudak diri pada pujian dan angka.
Apa jadinya dunia tanpa adab? Ia menjadi bising tapi kosong. Apa jadinya manusia tanpa integritas? Ia menjadi cerdas tapi tak bisa dipercaya.

Kita hidup di zaman ketika orang lebih takut dianggap bodoh daripada dianggap curang. Di mana citra lebih penting dari isi. Dan di sinilah keruntuhan peradaban dimulai: bukan karena perang atau krisis ekonomi, tapi karena manusia tak lagi punya malu, tak lagi kenal tanggung jawab, dan tak lagi peduli bahwa hidup adalah amanah.
Kita lupa, bahwa dalam diam dan tindak tanduk yang tersembunyi, Tuhan mencatat. Bahwa dalam segala hal yang kecil—menepati janji, mengakui salah, mengucap terima kasih—terkandung makna besar tentang siapa kita sebenarnya.
Maka jika dunia terasa semakin gelap, jangan cari kesalahan pada malam. Lihatlah cahaya yang telah kita padamkan sendiri dalam diri: adab yang kita abaikan, dan integritas yang kita kompromikan.
Karena ketika manusia kehilangan adab, ia tak hanya lupa cara hidup bersama—ia lupa cara menjadi manusia.
Responses