Hari Parkinson Sedunia 2025: Saatnya Tingkatkan Kepedulian dan Dukung Penderita Parkinson di Indonesia

mediarelasi.id – Setiap tanggal 11 April, dunia memperingati Hari Parkinson Sedunia atau World Parkinson’s Day, sebuah momentum global untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai penyakit Parkinson, salah satu penyakit neurodegeneratif yang paling umum di dunia. Di tahun 2025 ini, peringatan Hari Parkinson Sedunia kembali menjadi pengingat penting akan perlunya edukasi, dukungan, dan perhatian serius terhadap penderita Parkinson, khususnya di Indonesia.
Apa Itu Penyakit Parkinson?
Penyakit Parkinson adalah gangguan neurologis progresif yang memengaruhi gerakan tubuh. Penyakit ini terjadi karena adanya kerusakan atau kematian sel-sel saraf di bagian otak yang disebut substansia nigra, yang bertugas memproduksi dopamin — senyawa kimia penting yang mengontrol gerakan.
Penurunan kadar dopamin menyebabkan gejala khas Parkinson seperti:
- Tremor (gemetar) pada tangan atau kaki saat istirahat
- Kekakuan otot
- Gerakan melambat (bradikinesia)
- Ketidakseimbangan postur dan kesulitan berjalan
- Wajah kaku, suara melemah, hingga penurunan kemampuan bicara
Seiring waktu, penderita Parkinson juga bisa mengalami gangguan kognitif, depresi, gangguan tidur, dan masalah otonom seperti tekanan darah rendah atau gangguan pencernaan.
Parkinson di Indonesia: Masih Banyak yang Belum Terdeteksi
Di Indonesia, penyakit Parkinson sering kali terlambat terdiagnosis. Hal ini terjadi karena gejala awal yang ringan sering disalahartikan sebagai penuaan biasa atau gangguan ringan lainnya. Selain itu, kurangnya pengetahuan masyarakat serta terbatasnya jumlah dokter spesialis saraf (neurolog) di daerah juga menjadi kendala utama.
Diperkirakan, lebih dari 10 juta orang di seluruh dunia hidup dengan Parkinson, dan jumlah ini terus meningkat seiring bertambahnya usia harapan hidup dan populasi lansia. Indonesia sebagai negara dengan populasi lansia yang terus tumbuh juga berpotensi mengalami peningkatan jumlah penderita Parkinson secara signifikan di masa mendatang.
Tantangan Penanganan Parkinson
Meskipun belum ada obat untuk menyembuhkan Parkinson secara total, berbagai metode terapi dan pengobatan dapat membantu mengelola gejalanya. Terapi utama biasanya melibatkan pemberian obat levodopa, yang berfungsi menggantikan dopamin dalam otak. Selain itu, terdapat pilihan seperti terapi fisik, terapi okupasi, terapi bicara, hingga deep brain stimulation (DBS) — prosedur bedah untuk merangsang area tertentu di otak.
Namun, di Indonesia, tantangan terbesar masih terletak pada akses terhadap pengobatan dan terapi yang berkualitas. Banyak pasien Parkinson, khususnya di luar kota besar, kesulitan mendapatkan diagnosis yang tepat atau terapi yang memadai. Belum lagi beban biaya yang tinggi untuk terapi jangka panjang menjadi kendala tersendiri bagi banyak keluarga.
Peran Keluarga dan Masyarakat
Dalam menghadapi Parkinson, peran keluarga sangat krusial. Dukungan moral, fisik, dan emosional dari keluarga dapat membantu meningkatkan kualitas hidup pasien. Selain itu, komunitas Parkinson di Indonesia juga mulai berkembang, seperti Parkinson Indonesia yang aktif memberikan edukasi, pendampingan pasien, serta menjalin komunikasi antara pasien, keluarga, dan tenaga medis.
Hari Parkinson Sedunia menjadi ajang penting untuk menyuarakan pentingnya empati dan kepedulian sosial terhadap para penyandang Parkinson. Stigma yang menganggap penderita Parkinson sebagai orang yang “lemah” atau “hanya pikun” harus diluruskan melalui edukasi yang benar dan berkelanjutan.
Kampanye Kesadaran dan Edukasi
Pemerintah, organisasi kesehatan, dan media memiliki peran penting dalam meningkatkan kesadaran publik. Kampanye edukatif melalui seminar, penyuluhan di puskesmas, media sosial, dan tayangan televisi dapat membantu masyarakat lebih mengenal gejala Parkinson dan pentingnya deteksi dini.
Dengan diagnosis dan penanganan sejak dini, penderita Parkinson dapat tetap hidup aktif dan mandiri lebih lama. Edukasi ini juga penting untuk melatih masyarakat dalam memberikan dukungan yang sesuai kepada pasien, termasuk menciptakan lingkungan yang ramah dan inklusif.
Harapan ke Depan
Peringatan Hari Parkinson Sedunia 2025 menjadi panggilan bagi semua pihak untuk tidak tinggal diam. Dukungan terhadap riset, peningkatan jumlah tenaga kesehatan terlatih, pemerataan akses pengobatan, dan penguatan komunitas pasien harus terus diperjuangkan.
Penyakit Parkinson bukanlah akhir dari segalanya. Dengan perawatan yang tepat dan dukungan dari lingkungan sekitar, para penyandang Parkinson dapat tetap memiliki kualitas hidup yang baik dan bermakna.
Penutup:
Mari jadikan Hari Parkinson Sedunia sebagai momentum untuk lebih peduli dan tanggap terhadap penyakit ini. Jika Anda mengenal seseorang yang menunjukkan gejala Parkinson, jangan ragu untuk menyarankan pemeriksaan ke dokter spesialis saraf. Kesadaran kita hari ini bisa menjadi penyelamat bagi mereka di masa depan.
Responses