mediarelasi.id – Setiap tanggal 15 Juni, dunia memperingati Hari Ayah Sedunia (Father’s Day) sebagai bentuk penghormatan atas peran penting seorang ayah dalam keluarga dan masyarakat. Momen ini menjadi pengingat bahwa cinta seorang ayah, meskipun tak selalu ditunjukkan secara verbal, begitu besar dan penuh pengorbanan.
Berbeda dengan Hari Ibu yang identik dengan kehangatan dan kelembutan, Hari Ayah seringkali menggambarkan keteguhan, tanggung jawab, dan perlindungan yang kadang senyap, namun bermakna dalam.
Asal Usul dan Sejarah Hari Ayah
Hari Ayah Sedunia pertama kali diperingati secara formal di Amerika Serikat pada awal abad ke-20. Gagasan ini diprakarsai oleh Sonora Smart Dodd, seorang perempuan asal Spokane, Washington, yang ingin menghormati ayahnya, William Jackson Smart, seorang veteran Perang Sipil yang membesarkan enam anak seorang diri setelah istrinya meninggal dunia.
Peringatan Hari Ayah pertama kali diselenggarakan pada 19 Juni 1910. Seiring waktu, berbagai negara mulai mengadopsi peringatan ini, meskipun tanggalnya bisa berbeda-beda. Di banyak negara, termasuk Indonesia, Hari Ayah Sedunia kerap dirayakan pada minggu ketiga bulan Juni.
Makna Hari Ayah di Tengah Dinamika Kehidupan
Peran ayah dalam keluarga kini semakin berkembang. Tidak hanya sebagai pencari nafkah, ayah juga menjadi pendamping emosional, guru kehidupan, dan panutan dalam nilai-nilai moral dan etika.
Di era modern, banyak ayah juga terlibat aktif dalam mengasuh anak, membangun komunikasi yang terbuka, serta menjadi support system utama bagi pasangan dan keluarga. Hari Ayah menjadi momen yang tepat untuk mengenang jasa dan kasih sayang mereka yang mungkin selama ini luput dari ungkapan terima kasih.
Cara Merayakan Hari Ayah
Tidak ada cara baku untuk merayakan Hari Ayah. Beberapa orang memilih memberikan hadiah sederhana, menulis surat, atau sekadar menghabiskan waktu bersama. Inti dari peringatan ini adalah mengungkapkan penghargaan dan kasih sayang kepada sosok ayah, entah itu melalui pelukan, ucapan tulus, atau doa yang khusyuk.
Bagi mereka yang ayahnya telah tiada, momen ini bisa menjadi waktu refleksi, mendoakan, dan mengenang kebersamaan serta pelajaran hidup yang pernah diberikan.