Gelombang Mobil Listrik China Ancam Ekspor RI: Menperin Siapkan Strategi Tangkis Dampak FTA Amerika Latin

China

mediarelasi.id – Di tengah upaya memperluas pasar kendaraan buatan dalam negeri, arus kendaraan listrik dari China berpotensi menggulung pasar utama ekspor RI di kawasan Amerika Latin—berkat perjanjian perdagangan bebas (FTA) yang mulai berlaku antara Beijing dan sejumlah negara di benua tersebut.

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, tak menampik bahwa FTA ini dapat memukul ekspor mobil dan suku cadang otomotif Indonesia. Negara-negara seperti Chili, Peru, Kosta Rika, dan Nikaragua yang sebelumnya menjadi destinasi ekspor utama, kini bisa dibanjiri kendaraan listrik asal Tiongkok tanpa hambatan tarif.

“Ini tentu berpengaruh. Ketika proteksi mulai longgar di negara tujuan ekspor, maka produk-produk kita akan bersaing dengan barang-barang dari China yang lebih murah karena didukung FTA,” ujar Agus dalam acara New Energy Vehicle Summit 2025 yang digelar di kawasan SCBD, Jakarta, Selasa (6/5).

Agus menegaskan, pemerintah tidak tinggal diam. Serangkaian strategi proteksi dan penyesuaian kebijakan tengah dirancang untuk melindungi daya saing industri otomotif nasional. “Kita juga melihat bahwa ekspor otoparts kita ke Amerika cukup besar. Jadi bukan hanya mobil, tapi ekosistem komponen juga harus diperhatikan,” katanya.

Dampak dari FTA ini bukan hanya ancaman dagang. Lebih dari itu, ini soal geopolitik baterai dan teknologi hijau. Berdasarkan laporan Parlemen Eropa, China kian agresif memborong lithium, tembaga, dan niobium dari Amerika Latin—bahan vital baterai kendaraan listrik. Hasilnya: dominasi rantai pasok dan teknologi otomotif masa depan.

Menurut data Gaikindo, negara-negara Amerika Latin memang menjadi pangsa ekspor mobil terbesar dari Indonesia di luar Asia. Namun kini, pasar itu terancam direbut oleh mobil-mobil NEV (new energy vehicles) dari Negeri Tirai Bambu.

“Situasi ini menjadi pengingat. Saat kita menghadapi proteksi dari Amerika, negara lain juga bereaksi. Mereka akan melirik Indonesia, bukan sebagai mitra dagang, tapi sebagai pasar. Kita harus siap,” kata Agus.

Kini, pemerintah berada di persimpangan antara mempertahankan kinerja ekspor atau menyusun ulang peta kekuatan industri otomotif nasional. Satu hal yang pasti, dalam dunia otomotif global yang semakin digerakkan oleh energi baru dan aliansi strategis, siapa yang lambat beradaptasi bisa tertinggal jauh di belakang.

Related Articles

Responses

Your email address will not be published. Required fields are marked *