Drama Pembebasan Terakhir: Edan Alexander Pulang, Harapan Gencatan Senjata di Gaza Menguat

mediarelasi.id – Dalam sebuah momen yang menegangkan namun penuh harapan, Hamas membebaskan Edan Alexander—warga negara Israel sekaligus warga Amerika Serikat terakhir yang diketahui masih hidup dan ditahan di Gaza. Langkah ini menjadi titik terang di tengah gelapnya konflik yang telah berlangsung selama berbulan-bulan, dan membuka kembali pintu menuju kemungkinan gencatan senjata.
Senin, 12 Mei 2025, menjadi hari yang tak terlupakan bagi keluarga Alexander di Tenafly, New Jersey. Tangis haru, sorak kemenangan, dan kibaran bendera memenuhi kota kecil itu ketika kabar pembebasan Edan menyebar luas. Dalam rekaman yang dirilis oleh Forum Sandera dan Keluarga Hilang, kerabat dan teman-teman dekat meneriakkan namanya—sebuah kepulangan yang telah lama ditunggu.
Bukan hanya kemenangan personal, tetapi juga sinyal diplomatik. Pembebasan ini terjadi hanya sehari sebelum Presiden AS Donald Trump memulai lawatan penting ke Timur Tengah. Hamas menyatakan bahwa pelepasan Edan adalah hasil komunikasi langsung dengan pemerintah AS, di tengah tekanan intens dari berbagai pihak untuk mengakhiri konflik yang telah memakan ribuan korban jiwa.
“Brigade Al-Qassam membebaskan tentara Zionis dan warga negara Amerika Edan Alexander setelah negosiasi dengan Amerika Serikat,” demikian pernyataan Hamas. Meski bernada politis, isinya mencerminkan perubahan arah yang mungkin sedang diupayakan oleh semua pihak: perdamaian, bukan perlawanan bersenjata.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang sebelumnya menolak skema gencatan senjata tanpa syarat, kini mengapresiasi peran Trump dan menegaskan komitmennya untuk memulangkan semua sandera—baik yang hidup maupun yang gugur.
Namun suasana Gaza tetap tak menentu. Sehari sebelum pembebasan, setidaknya 10 orang dilaporkan tewas akibat serangan Israel terhadap sebuah sekolah yang dijadikan tempat perlindungan pengungsi. Warga seperti Um Mohammed Zomlot dan Somaya Abu Al-Kas mengungkapkan kekhawatiran akan kembalinya serangan setiap saat. “Ada keheningan… tapi semua tahu itu bisa meledak kembali kapan saja,” ujar mereka.
Pembebasan Edan Alexander bukan sekadar akhir dari penyanderaan. Ini bisa menjadi awal dari dialog baru. Menurut seorang sumber dari Hamas, penghentian sementara operasi militer Israel menjadi bagian dari kesepakatan serah terima. Di sisi lain, Food Security Phase Classification (IPC) memperingatkan bahwa 22 persen penduduk Gaza menghadapi ancaman kelaparan akut. Situasi ini memperparah urgensi untuk menghentikan perang secara permanen.
Netanyahu menyatakan bahwa delegasi Israel segera diberangkatkan ke Qatar untuk melanjutkan perundingan lebih lanjut. Meski belum ada janji konkret soal gencatan senjata, diplomasi tampaknya kembali mendapat ruang setelah lama terkubur di bawah ledakan senjata.
Dalam bayang-bayang konflik, pembebasan seorang pemuda berusia 21 tahun bisa jadi tak cukup untuk menyembuhkan luka Gaza. Namun ia adalah simbol bahwa di tengah keputusasaan, masih ada pintu yang terbuka untuk perdamaian.
Responses