Curhat Paylater Berujung Hujatan, Nana Mirdad Angkat Bicara: “Saya Cuma Manusia Biasa”

mediarelasi.id – Apa jadinya jika sebuah keluhan pribadi berubah jadi sorotan nasional? Itulah yang tengah dialami aktris dan pengusaha, Nana Mirdad. Niat awalnya sekadar membagikan pengalaman pribadi soal tagihan Paylater yang terlambat dibayar satu hari, malah berujung banjir hujatan dari netizen.
Di tengah gempuran komentar pedas, Nana berdiri dengan tenang—dan memberikan klarifikasi yang tak sekadar membela diri, tapi juga membuka diskusi soal literasi finansial di era digital.
Semua bermula dari curhatannya di Instagram Story, di mana Nana mengaku mendapatkan pesan bernada mengintimidasi dari seorang debt collector (DC) setelah telat membayar tagihan Paylater di sebuah aplikasi transportasi online. Ia mengaku sudah membayar tagihan, termasuk denda bunga, pada pagi hari. Namun teror masih berlanjut hingga sore.
“Aku cuma telat satu hari dan sudah bayar bunga. Tapi DC masih kirim pesan intimidatif sampai jam 5 sore. Itu yang bikin aku kaget,” jelas Nana.
Sayangnya, curhat itu tak diterima seperti yang ia harapkan. Netizen justru menuduhnya playing victim. Beberapa menyindir ketidaktahuannya soal sistem Paylater, menyamakannya dengan pinjaman online (pinjol).
“Bisa-bisanya gak tahu kalau paylater itu sama dengan pinjol. Gaya doang, tapi mental sama aja,” tulis salah satu komentar tajam yang viral di media sosial.
Tak tinggal diam, Nana pun memberikan penjelasan panjang lebar. Ia menekankan bahwa dirinya bukan tidak mau membayar, tapi merasa ada yang salah dari cara penanganan tagihan oleh pihak ketiga yang bekerja sama dengan aplikasi tersebut.
“Yang aku keluhkan itu sistemnya. Bukan tagihannya. Aku sudah bayar, bunganya juga aku lunasi. Tapi kenapa setelah bayar masih diteror?” tegas istri Andrew White itu.
Ia juga menyoroti minimnya transparansi soal siapa yang mengelola sistem Paylater. “Banyak orang tidak tahu bahwa aplikasi yang sudah lama kita percaya ternyata menggunakan pihak ketiga untuk urusan penagihan. Beda banget penanganannya,” tambahnya.
Di balik keramaian komentar dan spekulasi, Nana hanya ingin satu hal: agar pengalamannya jadi pembelajaran. Bukan cuma untuk dirinya, tapi juga untuk pengikutnya yang mungkin pernah atau akan berada di posisi serupa.
“Jadi aku senang bisa sharing. Biar gak ada lagi yang kaget seperti aku. Kalau bisa tahu lebih awal, kenapa harus tunggu masalah dulu?” tutupnya.
Di tengah gempuran kemudahan digital, satu hal kembali terbukti: transparansi dan edukasi finansial bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan. Karena bahkan di dunia selebritas, ketidaktahuan bisa datang dengan harga yang mahal.
Responses