Claudio Ranieri Mantap Mundur dari Kursi Pelatih AS Roma Meski Kans Liga Champions Terbuka

mediarelasi.id – Claudio Ranieri, sosok veteran di dunia kepelatihan, telah menetapkan keputusan final: ia tidak akan lagi menukangi AS Roma mulai musim depan. Keputusan itu tetap dipegang teguh oleh pria 73 tahun tersebut, meskipun tim Serigala Ibu Kota masih memiliki peluang realistis untuk finis di zona Liga Champions.
Kontrak Ranieri bersama Roma memang hanya berlaku hingga akhir musim 2024/2025. Namun, perjalanan sang pelatih bersama klub ibu kota tak serta merta akan berakhir sepenuhnya. Mulai musim depan, Ranieri disebut akan mengisi peran baru sebagai penasihat tim — posisi strategis di balik layar yang memungkinkan ia tetap memberi kontribusi, namun tanpa tekanan harian dari pinggir lapangan.
“Aku mencintai tim ini, tapi bertahan satu musim lagi sebagai pelatih hanya akan menjadi kesalahan bagi Roma,” ujar Ranieri, seperti dilansir Football Italia, Sabtu (3/5/2025).
Ucapan tersebut bukan sekadar bentuk keletihan, tetapi refleksi dari pengalaman panjang seorang pelatih yang sudah malang melintang di dunia sepak bola Eropa.
Meskipun ia dikenal sebagai arsitek kejutan terbesar dalam sejarah Liga Inggris bersama Leicester City, Ranieri tak melihat situasi Roma sama dengan masa keemasan di King Power Stadium.
“Lolos ke Liga Champions bersama Roma bukanlah sebuah keajaiban seperti di Leicester. Ini harus diperjuangkan dengan keras, tanpa keluhan, tanpa alasan. Kami masih punya empat pertandingan sisa, dan setiap laga akan jadi pertarungan hidup-mati,” tambahnya.
Perjalanan Roma musim ini memang penuh pasang surut, namun mereka kini menempati peringkat keenam klasemen Serie A. Dengan hanya terpaut dua poin dari posisi empat besar, harapan untuk bermain di kompetisi elit Eropa musim depan masih sangat terbuka.
Ranieri pun telah menanamkan mental bertarung kepada anak-anak asuhnya, mencoba memeras performa terbaik di sisa musim.
Uniknya, meski sudah menyatakan akan mundur, suara dari publik dan internal klub masih menganggap Ranieri sebagai sosok ideal di kursi pelatih. Karismanya, kedekatannya dengan pemain, dan pemahamannya terhadap kultur Roma menjadi alasan utama. Namun, pelatih kawakan itu tetap konsisten pada pendiriannya — bukan karena tidak mampu, tetapi karena ia tahu kapan waktunya untuk melangkah ke peran yang berbeda.
Ranieri juga akan dilibatkan dalam proses seleksi pelatih baru Roma. Perannya sebagai penasihat akan krusial dalam memastikan kelanjutan filosofi permainan Roma yang kini mulai menemukan stabilitas. Dengan latar belakangnya yang luas, Ranieri dipastikan akan menjadi figur penting dalam transisi klub menuju era baru.
Keputusan mundurnya Ranieri bisa jadi bukan akhir dari cerita, melainkan bab baru dari kontribusinya terhadap Roma. Dalam dunia sepak bola, kehadiran pelatih tak selalu harus di sisi lapangan — terkadang, suara bijak dari balik layar bisa jauh lebih berdampak.
Sementara itu, para pemain Roma tampaknya sudah menyerap semangat terakhir dari sang maestro di sisa musim ini. Empat laga ke depan akan menjadi ajang pembuktian: bukan hanya untuk tiket Liga Champions, tetapi juga sebagai hadiah perpisahan yang layak untuk Ranieri — pelatih yang tahu kapan harus datang, dan lebih penting lagi, tahu kapan harus pergi.
Apakah Roma akan menutup musim dengan tiket ke Eropa sebagai persembahan terakhir bagi Ranieri? Jawabannya akan ditentukan dalam beberapa pekan ke depan. Yang jelas, sang pelatih telah memberikan lebih dari sekadar taktik — ia meninggalkan nilai, karakter, dan dedikasi tulus yang tak mudah tergantikan.
Responses