Bank Dunia Soroti Ancaman Utang di Negara Berkembang di Tengah Ketidakpastian Perdagangan

- Penulis Berita

Minggu, 27 April 2025 - 12:43 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bank Dunia

Bank Dunia

mediarelasi.idBank Dunia mengeluarkan peringatan atas memburuknya kondisi utang di negara-negara berkembang, yang diperparah oleh meningkatnya ketidakpastian dalam perdagangan global. Pemangkasan tarif disebut sebagai salah satu langkah potensial untuk mendorong pemulihan ekonomi, menurut Kepala Ekonom Bank Dunia, Indermit Gill.

Mengutip laporan Reuters, Minggu (27/4), Gill menyatakan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi global, khususnya di negara maju, sedang mengalami penyesuaian turun yang cukup signifikan. Adapun penyesuaian di negara berkembang tercatat lebih moderat. Revisi ini sebagian besar dipicu oleh kebijakan tarif yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump.

Forum tahunan yang digelar oleh International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia pekan ini di Washington menempatkan isu tarif dan dampaknya sebagai topik utama. Kebijakan tarif AS yang mencapai level tertinggi dalam seabad, serta reaksi balasan dari sejumlah negara seperti China, Uni Eropa, dan Kanada, menjadi sorotan.

IMF sebelumnya pada Selasa (22/4) telah memangkas perkiraan pertumbuhan untuk sejumlah negara besar, termasuk AS dan China, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2025 turun menjadi 2,8 persen, atau setengah poin lebih rendah dari proyeksi sebelumnya.

Baca Juga:  Dari Sawah Nusantara ke Negeri Jiran dan Palestina: Indonesia Bersiap Jadi "Lumbung Dunia"

Sementara itu, Bank Dunia dijadwalkan merilis proyeksi ekonomi global pada Juni. Namun, Gill mengindikasikan adanya kecenderungan penurunan tajam dalam proyeksi pertumbuhan dan perdagangan global. Indeks ketidakpastian global juga menunjukkan lonjakan tajam, terutama setelah pemberlakuan tarif baru oleh AS pada awal April.

Menurut Gill, berbeda dari krisis finansial 2008–2009 atau masa pandemi, tekanan ekonomi kali ini dipicu langsung oleh keputusan kebijakan. Hal ini berarti, dengan perubahan kebijakan yang tepat, dampak tersebut masih dapat dikendalikan.

Ia menambahkan bahwa negara berkembang kini menghadapi tekanan tambahan karena perlambatan pertumbuhan yang telah berlangsung dalam dua dekade terakhir. Pertumbuhan perdagangan global diperkirakan hanya mencapai 1,5 persen, jauh di bawah rata-rata historis 8 persen pada era 2000-an.

Baca Juga:  Pertunjukan Dua Lipa di Festival Glastonbury 2024 Memicu 'Perang Bendera' Antara Pendukung Palestina dan Israel

Arus modal ke negara berkembang juga mencatat tren penurunan. Investasi asing langsung (FDI), yang sempat mencapai 5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), kini hanya menyumbang sekitar 1 persen. Arus portofolio mencerminkan pola serupa yang terjadi pada sejumlah krisis sebelumnya.

Gill juga menyampaikan peningkatan signifikan dalam risiko utang. Ia menyebutkan bahwa separuh dari 150 negara berkembang kini berada dalam kondisi gagal bayar atau berisiko tinggi mengalaminya, meningkat dua kali lipat dari angka tahun sebelumnya. Penurunan pertumbuhan global dan suku bunga tinggi dinilai berpotensi memperparah kondisi tersebut.

Rasio pembayaran bunga bersih terhadap PDB di pasar negara berkembang kini mencapai 12 persen, naik dari 7 persen pada 2014, mendekati level krisis dekade 1990-an. Di negara-negara berpendapatan rendah, beban pembayaran utang telah meningkat menjadi 20 persen dari PDB, dua kali lipat dari satu dekade yang lalu.

Berita Terkait

Veteran AS Lebih Rentan Masuk Penjara, Terapi Kuda Jadi Harapan Baru
Perjalanan Spektakuler Melintasi 50 Terowongan dan 77 Jembatan di Taiwan
Iran Desak Negara-Negara Islam Bersatu Hadapi Agresi Israel
Israel Gempur Teheran, Iran Balas dengan Serangan Rudal ke Galilea
Modi Tinjau Langsung Lokasi Jatuhnya Air India AI‑171 di Ahmedabad
Kerusuhan di Los Angeles, Wali Kota Terapkan Jam Malam Akibat Protes Kebijakan Imigrasi Trump
Hamas Ragukan Seriusnya Ajakan Gencatan Senjata Israel dan AS
PBB di Ambang Perombakan Besar: Pemangkasan Anggaran, Ribuan Pegawai Terancam
Berita ini 0 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Senin, 16 Juni 2025 - 13:20 WIB

Veteran AS Lebih Rentan Masuk Penjara, Terapi Kuda Jadi Harapan Baru

Senin, 16 Juni 2025 - 13:00 WIB

Perjalanan Spektakuler Melintasi 50 Terowongan dan 77 Jembatan di Taiwan

Senin, 16 Juni 2025 - 12:49 WIB

Iran Desak Negara-Negara Islam Bersatu Hadapi Agresi Israel

Minggu, 15 Juni 2025 - 12:16 WIB

Israel Gempur Teheran, Iran Balas dengan Serangan Rudal ke Galilea

Sabtu, 14 Juni 2025 - 18:16 WIB

Modi Tinjau Langsung Lokasi Jatuhnya Air India AI‑171 di Ahmedabad

Berita Terbaru

Bolu Meranti Tekan Biaya Energi hingga 50% Berkat Gas Bumi PGN

Teknologi dan Sains

Bolu Meranti Tekan Biaya Energi hingga 50% Berkat Gas Bumi PGN

Kamis, 26 Jun 2025 - 13:47 WIB