Anna Wintour: Sang Ratu Mode di Balik Kacamata Hitam

- Penulis Berita

Minggu, 4 Mei 2025 - 07:16 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Anna Wintour

Anna Wintour

mediarelasi.idTak ada sosok yang lebih identik dengan dunia mode kontemporer selain Anna Wintour. Dengan potongan rambut bob yang tak berubah sejak dekade 1980-an dan kacamata hitam besarnya yang ikonik, Wintour telah menjelma menjadi simbol kekuasaan dan otoritas di dunia fashion global. Ia bukan sekadar pemimpin redaksi, melainkan kekuatan di balik panggung — sang sutradara dunia glamor yang menentukan siapa yang naik, siapa yang tenggelam.


🧬 Latar Belakang dan Awal Karier

Anna Wintour lahir di London pada 3 November 1949. Ayahnya, Charles Wintour, adalah editor Evening Standard, sehingga dunia jurnalisme sudah akrab sejak kecil. Di usia remaja, Anna dikenal dengan gaya eksentriknya dan minat besar terhadap dunia fashion. Ia bahkan memutuskan untuk berhenti kuliah dan langsung terjun ke dunia kerja — sebuah langkah yang, meski berani, ternyata sangat tepat.

Kariernya dimulai dari Harper’s & Queen di London, sebelum akhirnya pindah ke New York dan bekerja di sejumlah majalah seperti Viva, Savvy, hingga akhirnya bergabung dengan Vogue.


📖 Menakhodai Vogue: Sebuah Era Dimulai

Pada tahun 1988, Anna resmi menjadi Editor-in-Chief Vogue Amerika, menggantikan Grace Mirabella. Sejak saat itu, Vogue berubah drastis. Ia menyingkirkan model-model tradisional dan menggantikannya dengan selebriti di sampul, menjadikan Vogue bukan hanya sebagai panduan tren, tetapi juga barometer budaya pop dan kekuatan sosial.

Baca Juga:  Kontroversi Kue Peringatan di Apartemen Mendiang Barbie Hsu

Wintour dikenal karena ketajamannya dalam membaca tren, intuisi bisnis yang tajam, serta pendekatannya yang “no-nonsense” dalam mengelola redaksi. Di balik kacamata hitamnya, ia adalah sosok perfeksionis yang sangat memperhatikan detail.


🎭 Met Gala: Panggung Teater Mode Dunia

Salah satu warisan terbesarnya adalah transformasi Met Gala. Sejak ditunjuk sebagai ketua acara pada tahun 1995, Anna mengubah gala amal museum ini menjadi perhelatan mode terbesar dan paling eksklusif di dunia. Ia tidak hanya mengatur tema, dress code, dan tamu undangan, tetapi juga bertindak sebagai “kurator sosial” yang menentukan siapa yang layak berjalan di karpet merah.

Undangan Met Gala bukan sekadar tiket, tapi tanda pengakuan dari Anna Wintour sendiri. Bahkan kabarnya, ada daftar “blacklist” berisi nama-nama yang tak akan diundang lagi — bukti betapa besarnya kuasa Wintour dalam menentukan siapa yang masuk dalam lingkaran elit fashion.


❄️ Pribadi Tertutup, Kharisma Membeku

Anna dikenal sebagai pribadi yang sangat tertutup, kaku, dan tegas. Karakternya yang dingin bahkan menginspirasi karakter Miranda Priestly di film The Devil Wears Prada (2006), meskipun Wintour sendiri tak pernah secara terbuka mengakui kemiripan itu. Namun banyak yang membenarkan bahwa Wintour punya aura yang menuntut rasa hormat, bahkan ketakutan.

Baca Juga:  Jenna Haze: Menelusuri Karier dan Pengaruhnya dalam Industri Hiburan Dewasa

Meski demikian, loyalitas dan respek terhadap dirinya sangat besar. Banyak desainer, fotografer, dan model yang meraih puncak karier berkat dukungan Wintour. Ia dikenal sangat loyal terhadap mereka yang ia percaya.


🌍 Pengaruh Global dan Warisan Abadi

Selain menjadi Editor-in-Chief Vogue, Anna kini menjabat sebagai Global Chief Content Officer Condé Nast — menjadikannya salah satu figur paling berkuasa dalam industri media dan fashion global. Ia juga aktif dalam kegiatan filantropi, terutama dalam mendukung penggalangan dana untuk Costume Institute di Metropolitan Museum of Art.

Wintour telah menciptakan sebuah imperium. Di era di mana tren berubah dalam sekejap dan media sosial menjadi medan tempur, Anna tetap menjadi benteng kokoh mode klasik yang dikurasi, disaring, dan disusun dengan elegan.


📝 Penutup: Di Balik Kacamata Hitam

Anna Wintour lebih dari sekadar editor. Ia adalah institusi, legenda hidup, dan benteng konservatif dari sebuah industri yang serba cepat. Ia mengangkat mode dari sekadar estetika menjadi alat diplomasi budaya, ekonomi, dan bahkan politik.

Di dunia yang semakin terbuka, Anna tetap berdiri dengan aura misterius dan selektifnya. Dan mungkin itulah sebabnya, ia masih — dan akan terus — menjadi ratu mode yang tak tergantikan.

Berita Terkait

‘No Other Choice’ Siap Tayang 1 Oktober 2025, Karya Baru Park Chan-wook yang Sarat Satire Sosial
Keterlibatan Aktif Ibu-Ibu PKK dalam Menumbuhkan Kesadaran Hukum dan Ketahanan Sosial: Sorotan Hari Ketiga Bina Desa 2025
Menelusuri “Pastorale”: Harmoni Alam dalam Musik dan Seni
Mengenal Amicus Curiae: 107 Tokoh Sampaikan Pandangan Hukum Terkait Kasus Tom Lembong
Haechan NCT Siap Luncurkan Debut Solo Perdana September 2025
Dipenuhi Bintang Top, ‘Omniscient Reader’ Siap Menggebrak Box Office
Perjalanan Spektakuler Melintasi 50 Terowongan dan 77 Jembatan di Taiwan
Sekjen IKA UNAIR Imbau Wisudawan Perkuat Jaringan Alumni
Berita ini 26 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Minggu, 28 September 2025 - 13:42 WIB

‘No Other Choice’ Siap Tayang 1 Oktober 2025, Karya Baru Park Chan-wook yang Sarat Satire Sosial

Senin, 1 September 2025 - 08:06 WIB

Keterlibatan Aktif Ibu-Ibu PKK dalam Menumbuhkan Kesadaran Hukum dan Ketahanan Sosial: Sorotan Hari Ketiga Bina Desa 2025

Senin, 11 Agustus 2025 - 13:38 WIB

Menelusuri “Pastorale”: Harmoni Alam dalam Musik dan Seni

Selasa, 5 Agustus 2025 - 10:56 WIB

Mengenal Amicus Curiae: 107 Tokoh Sampaikan Pandangan Hukum Terkait Kasus Tom Lembong

Kamis, 31 Juli 2025 - 13:03 WIB

Haechan NCT Siap Luncurkan Debut Solo Perdana September 2025

Berita Terbaru

Politik

Soal Dualisme di Tubuh PPP, Ini Respons Kementerian Hukum

Rabu, 1 Okt 2025 - 15:46 WIB