mediarelasi.id – Selat Sunda kembali menjadi sorotan setelah tercatat mengalami lonjakan aktivitas pelayaran selama kuartal pertama tahun 2025. Jalur laut yang memisahkan Pulau Jawa dan Sumatra ini kian memperkuat posisinya sebagai salah satu titik strategis dalam peta perdagangan maritim Indonesia dan Asia Tenggara.
Berdasarkan data dari Badan Keamanan Laut (Bakamla), frekuensi kapal yang melintasi Selat Sunda meningkat sebesar 18% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Peningkatan ini didorong oleh pemulihan ekonomi global pascapandemi dan melonjaknya ekspor-impor dari pelabuhan-pelabuhan besar seperti Tanjung Priok dan Panjang.
“Selat Sunda kini menjadi salah satu urat nadi perdagangan laut nasional. Dengan semakin padatnya rute Selat Malaka, banyak kapal kargo memilih jalur alternatif lewat Selat Sunda,” ungkap Kepala Bakamla Wilayah Barat, Laksamana Pertama Yudo Aditya, Senin (28/4/2025).
Selain itu, pemerintah juga tengah mengembangkan infrastruktur pendukung seperti pengawasan laut, sistem navigasi canggih, dan pelabuhan penyangga untuk memastikan arus lalu lintas laut tetap aman dan efisien. Di sisi lain, peningkatan lalu lintas ini juga memicu kekhawatiran akan potensi kerusakan lingkungan dan risiko kecelakaan laut.
“Kami bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan untuk memperkuat sistem pemantauan AIS (Automatic Identification System), mengingat padatnya jalur ini harus dibarengi dengan keamanan dan keselamatan yang ketat,” tambah Yudo.
Di tengah geliat aktivitas pelayaran, masyarakat pesisir di sekitar Anyer dan Bakauheni juga merasakan dampak positif, terutama dari sektor ekonomi lokal seperti logistik, perikanan, dan pariwisata.
Selat Sunda bukan hanya jalur pelayaran, tapi juga kawasan yang rawan secara geologis. Oleh karena itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus memantau aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau yang terletak di tengah selat, guna mengantisipasi potensi tsunami atau gangguan navigasi.
Dengan terus meningkatnya peran strategisnya, Selat Sunda kini tak hanya dikenal karena sejarahnya, tetapi juga sebagai jalur vital masa depan ekonomi maritim Indonesia.