mediarelasi.id – Malam ini, langit akan menyuguhkan keindahan alami yang sarat makna budaya: Strawberry Moon. Bulan purnama yang muncul setiap bulan Juni ini dinamai berdasarkan tradisi Suku Algonquian di Amerika Utara, yang mengaitkannya dengan musim panen stroberi—musim singkat yang bertepatan dengan kemunculan bulan purnama.
Namun tahun ini, Strawberry Moon bukan hanya hadir sebagai simbol tradisi, tapi juga sebagai fenomena astronomi langka. Bulan akan terlihat sangat rendah di langit malam, menjadi yang terendah dalam hampir dua dekade terakhir, dipengaruhi oleh siklus langka bernama major lunar standstill.
Masyarakat dapat mulai menyaksikan fenomena ini sejak matahari terbenam pada 10 Juni, sementara puncak purnama secara astronomis terjadi pada 11 Juni pukul 14.44 WIB. Karena posisinya yang rendah, bulan akan tampak lebih besar dan berwarna hangat saat terbit—memberi kesan puitis dan romantis bagi siapa saja yang menyaksikannya.
Keindahan Strawberry Moon adalah pengingat bagaimana budaya kuno dan ilmu pengetahuan modern dapat saling melengkapi. Dari legenda suku asli Amerika hingga pemetaan orbit bulan oleh ilmuwan, semua menyatu dalam satu pemandangan malam yang tak terlupakan.
Fenomena serupa baru akan kembali pada 2043—menjadikan malam ini sebagai momen yang tak hanya indah, tapi juga bersejarah.