mediarelasi.id – Indonesia bersiap naik kelas dalam peta pangan global. Tak lagi sekadar menjaga dapur sendiri tetap mengepul, kini Tanah Air siap mengisi piring negara sahabat — dari Malaysia hingga Palestina.
Sudaryono, Wakil Menteri Pertanian sekaligus Ketua Dewan Pengawas Perum Bulog, mengumumkan bahwa Indonesia siap mengekspor beras, dimulai dengan 2.000 ton ke Malaysia. Keputusan ini bukan tanpa alasan: stok cadangan beras pemerintah (CBP) kini menembus 3,7 juta ton, dan penyerapan sejak awal 2025 hingga pertengahan Mei sudah mencapai 2,1 juta ton.
“Pak Menteri (Amran) sudah ngobrol langsung dengan Menteri Pertanian Malaysia. Kita punya kualitas, harga cocok, langsung gas,” ujar Sudaryono saat meninjau Sentra Penggilingan Padi (SPP) di Karawang, Kamis (15/4).
Langkah ekspor ini tidak hanya soal bisnis. Sudaryono menyebut ada misi kemanusiaan di balik rencana besar ini. Indonesia ingin ambil bagian dalam membantu negara-negara yang terdampak krisis pangan, termasuk Palestina dan sejumlah wilayah Afrika.
Salah satu kekuatan dalam strategi ini datang dari barat Kalimantan — tepatnya Kalimantan Barat. Provinsi ini diam-diam telah berubah menjadi salah satu “lumbung emas putih” nasional. Gubernur Kalbar Ria Norsan mengungkap bahwa provinsinya berhasil surplus 1.400 ton beras premium dan siap mengirim 1.000 ton ke Sarawak, Malaysia pada Juli atau Agustus 2025.
“Produksi kita sudah jauh melampaui konsumsi. Ini bukti Kalbar tak hanya mandiri, tapi juga mampu berbagi,” kata Ria.
Data Badan Pusat Statistik Kalbar membenarkan lonjakan produksi itu. Pada 2024, provinsi ini menghasilkan 789.291 ton gabah kering giling (GKG), naik signifikan dari 700.291 ton pada 2023. Produksi beras pun menyentuh angka 452.440 ton, dan ditargetkan bisa menembus 500.000 ton pada akhir tahun.
Dengan semangat gotong royong dan ketahanan pangan yang makin solid, Indonesia tampaknya mulai menata langkah menuju peran baru: bukan hanya sebagai konsumen global, tapi penyedia harapan dalam bentuk butiran nasi hangat — dari Kalbar untuk dunia.