KFC Indonesia Dapat Suntikan Dana Rp 80 Miliar dari Grup Salim dan Gelael, Guna Atasi Tekanan Finansial

KFC

mediarelasi.id – PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST), pengelola jaringan restoran cepat saji KFC di Indonesia, resmi memperoleh suntikan modal sebesar Rp 80 miliar dari dua pemegang saham utamanya, Grup Salim dan keluarga Gelael. Dana tersebut diperoleh melalui skema Private Placement atau Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD).

Aksi korporasi ini dilakukan untuk memperbaiki posisi keuangan perseroan yang terus mencatat kerugian dan tengah menghadapi tekanan likuiditas. FAST akan menerbitkan 533,33 juta lembar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 150 per saham.

“Langkah ini kami ambil untuk menutup defisit modal kerja bersih dan menjaga kelangsungan operasional perusahaan,” demikian disampaikan manajemen FAST dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dari dana Rp 80 miliar tersebut, sekitar Rp 52 miliar akan dialokasikan untuk pembelian persediaan dan pelunasan kewajiban jangka pendek. Sementara Rp 28 miliar sisanya digunakan untuk mendukung efisiensi operasional, termasuk pengelolaan sumber daya manusia.

Menurut laporan keuangan tahun buku 2024, pendapatan KFC Indonesia anjlok menjadi Rp 4,87 triliun, turun dari Rp 5,93 triliun pada 2023. Di sisi lain, jumlah gerai yang dikelola turut menyusut dari 762 menjadi 715 gerai.

Lebih mengkhawatirkan, struktur keuangan FAST menunjukkan rasio liabilitas mencapai 96 persen dari total aset, serta modal kerja bersih negatif senilai Rp 1,67 miliar. Kondisi tersebut membuat perusahaan memenuhi kriteria dalam Pasal 8B POJK No. 14/2019 untuk melakukan PMTHMETD demi perbaikan struktur permodalan.

Sebagian besar saham baru akan diserap oleh PT Gelael Pratama dan PT Indoritel Makmur Internasional Tbk. (DNET) milik Grup Salim. Pasca transaksi, kepemilikan saham Gelael meningkat dari 40% menjadi 41,18%, sementara Salim Group naik dari 35,84% menjadi 37,51%.

Namun, aksi ini membawa konsekuensi dilusi saham hingga 11,79% bagi pemegang saham publik yang tidak ambil bagian dalam penambahan modal.

Harga saham baru yang dipatok Rp 150 per lembar dinilai manajemen sebagai angka yang kompetitif dan mencerminkan kondisi pasar yang tidak stabil, baik secara ekonomi maupun politik nasional.

Rencana PMTHMETD ini akan dibawa ke dalam agenda Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dijadwalkan berlangsung pada 16 Mei 2025, dan paling lambat dieksekusi sebelum 20 Juni 2025.

Sebagai informasi tambahan, sepanjang 2024, FAST mencatat kerugian bersih yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham sebesar Rp 796,71 miliar, melonjak hampir dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya yang rugi Rp 415,65 miliar.

Related Articles

Responses

Your email address will not be published. Required fields are marked *