Warga Kristiani Gaza: Kami Butuh Paus dengan Hati Sehangat Fransiskus

mediarelasi.id — Di tengah puing-puing kota dan dentuman yang belum juga reda sejak konflik meletus pada 2023, sekelompok kecil umat Kristiani di Gaza menyimpan harapan besar kepada sosok baru di Vatikan: Paus Leo XIV. Meski terpilih ribuan kilometer jauhnya, suara hati mereka melintasi batas negara dan mendesak satu hal—agar Sang Paus baru mewarisi hati yang sama hangatnya dengan Paus Fransiskus.
“Kami bahagia atas terpilihnya Paus Leo XIV,” ujar George Antone, kepala komite darurat Gereja Keluarga Suci di Gaza, kepada Reuters.
“Tapi lebih dari itu, kami ingin beliau memandang Gaza dengan mata Paus Fransiskus, dan merasakannya dengan empati yang sama.”
Selama masa kepemimpinannya, Paus Fransiskus dikenal sebagai suara yang lantang bagi mereka yang tak terdengar. Ia tidak hanya mendoakan Gaza, tapi bertindak nyata—dengan rencana menyumbangkan mobil kepausannya untuk dijadikan klinik berjalan di tengah wilayah yang terkepung.
Harapan akan keberlanjutan kasih itu kini tertuju pada Leo XIV, paus pertama dari Amerika Serikat. Warga Kristiani Gaza, yang jumlahnya tak lebih dari seribu di antara populasi 2,3 juta, mengandalkan perhatian dari Vatikan sebagai bentuk solidaritas global yang selama ini langka mereka dapatkan.
Mereka bukan hanya minoritas dalam hal jumlah. Dalam perang, tak ada kekebalan untuk iman. Tiga gereja di Gaza telah hancur akibat serangan Israel sejak 2023, termasuk Gereja Janasuci Porfirius—salah satu gereja tertua di dunia. Nyawa pun tak luput. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 52 ribu orang telah menjadi korban jiwa, sebagian besar adalah warga sipil.
“Yang kami minta bukan kemewahan, bukan juga politik,” kata Antone, lirih.
“Yang kami harap dari Paus baru hanyalah keberpihakan pada kemanusiaan. Seperti yang telah ditunjukkan Fransiskus.”
Di tengah reruntuhan, di antara lilin-lilin yang tetap dinyalakan dalam doa, komunitas Kristiani Gaza menggantungkan harapan pada seorang pemimpin baru yang mereka belum kenal. Namun mereka percaya, bahwa kasih universal tak mengenal batas geografi—dan bahwa hati seorang Paus bisa, dan seharusnya, menjangkau Gaza.
Responses