Di Balik Tembok Tarif Donald Trump: Ketika Amerika Tak Lagi Ingin Jadi Pasar Dunia

- Penulis Berita

Senin, 5 Mei 2025 - 09:24 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Donald Trump

Donald Trump

mediarelasi.idDi tengah arus globalisasi yang makin kompleks, Amerika Serikat, di bawah kepemimpinan Donald Trump, kembali mengambil langkah konfrontatif: menaikkan tarif impor untuk sejumlah negara mitra dagangnya, termasuk Indonesia. Langkah ini bukan pertama kali, namun resonansinya kini terasa lebih dalam—karena menyentuh bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga kedaulatan industri dan arah masa depan perdagangan global.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto membaca langkah ini bukan semata manuver ekonomi, tapi bagian dari narasi politik yang lebih besar. “Liberation day,” begitu Airlangga menyebutnya.

Sebuah momen di mana Amerika mencoba melepaskan diri dari ketergantungan impor yang selama ini dianggap menggerogoti industri dalam negerinya sendiri.

“Remanufaktur menjadi kunci bagi mereka untuk membuka kembali lapangan kerja, menghidupkan industri yang mati suri,” ujar Airlangga dalam forum diskusi di Jakarta, Rabu (30/4/2025).

Ekonomi Amerika: Dari Pasar Bebas ke Proteksi Nasionalis

Kebijakan tarif ini pada dasarnya adalah cermin dari keinginan Amerika untuk menyusun ulang posisi dalam rantai pasok global—dari importir dominan menjadi produsen mandiri. Sebuah perubahan arah tajam dari semangat pasar bebas yang pernah mereka promosikan puluhan tahun lalu.

Baca Juga:  China Dukung Kazakhstan untuk Bergabung dengan BRICS

Namun, seperti dominonya yang jatuh satu per satu, langkah protektif AS ini bisa memukul banyak sektor di negara mitra—termasuk Indonesia. Industri seperti alas kaki, garmen, mebel, hingga perikanan kini menghadapi badai yang tidak diciptakan oleh pasar, melainkan oleh kebijakan.

Indonesia: Menjaga Neraca, Merajut Diplomasi

Pemerintah Indonesia tak tinggal diam. Airlangga menegaskan bahwa berbagai jalur diplomasi sedang ditempuh untuk menghindari efek domino yang terlalu besar bagi industri dalam negeri. Sebab, ketika tarif naik, bukan hanya ekspor yang terganggu, tetapi juga stabilitas kerja dan ekonomi lokal.

Namun di tengah tantangan, ada peluang: Indonesia menyodorkan tawaran strategis—kerja sama di sektor mineral kritis. Dalam lanskap global yang tengah berebut bahan baku untuk teknologi masa depan, Indonesia punya daya tawar. Nikel, kobalt, dan berbagai elemen penting lainnya menjadi kartu diplomasi baru yang lebih kuat dari sekadar barang konsumsi.

Baca Juga:  Donald Trump Sindir Taylor Swift, Picu Kontroversi di Media Sosial

“Industri masa depan bukan lagi tekstil atau sepatu. Tapi critical minerals, otomotif listrik, hingga satelit dan alat pertahanan,” ujar Airlangga. Di situlah letak kekuatan negosiasi Indonesia saat ini.

Ketika Tarif Jadi Simbol Perlawanan

Tarif bukan hanya tentang angka dan persentase. Ia adalah simbol geopolitik baru, tanda bahwa negara-negara besar mulai menggambar ulang peta ekonomi global mereka. Di satu sisi, ini ancaman. Tapi di sisi lain, ini adalah panggilan bagi negara berkembang seperti Indonesia untuk menata ulang strategi industrialisasinya.

Bukan hanya jadi pemasok bahan mentah, tapi pemain aktif dalam rantai nilai global yang lebih adil.

Berita Terkait

Veteran AS Lebih Rentan Masuk Penjara, Terapi Kuda Jadi Harapan Baru
Perjalanan Spektakuler Melintasi 50 Terowongan dan 77 Jembatan di Taiwan
Iran Desak Negara-Negara Islam Bersatu Hadapi Agresi Israel
Israel Gempur Teheran, Iran Balas dengan Serangan Rudal ke Galilea
Modi Tinjau Langsung Lokasi Jatuhnya Air India AI‑171 di Ahmedabad
Kerusuhan di Los Angeles, Wali Kota Terapkan Jam Malam Akibat Protes Kebijakan Imigrasi Trump
Hamas Ragukan Seriusnya Ajakan Gencatan Senjata Israel dan AS
PBB di Ambang Perombakan Besar: Pemangkasan Anggaran, Ribuan Pegawai Terancam
Berita ini 1 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Senin, 16 Juni 2025 - 13:20 WIB

Veteran AS Lebih Rentan Masuk Penjara, Terapi Kuda Jadi Harapan Baru

Senin, 16 Juni 2025 - 13:00 WIB

Perjalanan Spektakuler Melintasi 50 Terowongan dan 77 Jembatan di Taiwan

Senin, 16 Juni 2025 - 12:49 WIB

Iran Desak Negara-Negara Islam Bersatu Hadapi Agresi Israel

Minggu, 15 Juni 2025 - 12:16 WIB

Israel Gempur Teheran, Iran Balas dengan Serangan Rudal ke Galilea

Sabtu, 14 Juni 2025 - 18:16 WIB

Modi Tinjau Langsung Lokasi Jatuhnya Air India AI‑171 di Ahmedabad

Berita Terbaru

Bolu Meranti Tekan Biaya Energi hingga 50% Berkat Gas Bumi PGN

Teknologi dan Sains

Bolu Meranti Tekan Biaya Energi hingga 50% Berkat Gas Bumi PGN

Kamis, 26 Jun 2025 - 13:47 WIB