Meski Dikepung dan Dibatasi, Gereja-Gereja Palestina Tetap Nyalakan Harapan di Sabtu Suci

Palestina

mediarelasi.idDi tengah bayang-bayang agresi dan penjagaan ketat militer Israel, gereja-gereja di Palestina tetap menyulut cahaya harapan. Sabtu Suci, hari penuh makna menjelang Paskah, dirayakan dengan penuh keteguhan pada Sabtu (19/4/2025), meski suasananya jauh dari gegap gempita tahun-tahun damai.

Di jantung Kota Tua Yerusalem, suara doa mengalun lembut dari dalam Gereja Makam Kudus. Dipimpin oleh Patriark Ortodoks Yunani, Theophilos III, misa khusyuk itu hanya dihadiri sedikit jemaat yang berhasil menembus pos-pos pemeriksaan militer dan pembatasan Israel yang mengunci kawasan tersebut.

Perayaan Sabtu Suci yang biasanya disambut dengan semarak, kali ini kembali dilangsungkan dalam keheningan untuk tahun kedua berturut-turut. Ini adalah ungkapan duka dan solidaritas umat Kristen terhadap penderitaan rakyat Palestina, terutama sejak gelombang agresi Israel kembali membara pada Oktober 2023.

Namun, dari tengah kepungan itu, Api Suci—simbol cahaya Kristus—masih berhasil dinyalakan di dalam Makam Kudus.

Dengan penuh kehati-hatian, api tersebut dibawa ke berbagai kota Palestina: Ramallah, Bethlehem, Jericho, hingga Jenin.

Di kota-kota itu, umat menyambut nyala tersebut dengan hati teduh, tanpa arak-arakan atau perayaan di ruang terbuka.

Di Gereja Transfigurasi Ramallah, nyala Api Suci tiba dan disambut dengan sunyi yang sakral. Hadir dalam seremoni tersebut tokoh-tokoh lintas agama dan pejabat, termasuk Ramzi Khoury dari Komite Eksekutif PLO, Gubernur Ramallah Leila Ghannam, dan Wali Kota Issa Kassis.

Sayangnya, cahaya dari Yerusalem tak sanggup menembus blokade ke Gaza. Meski demikian, umat di sana tak menyerah. Di Gereja Janasuci Porfirius dan Gereja Keluarga Kudus, ibadah tetap dilakukan—tanpa api dari Makam Kudus, tapi dengan semangat yang tak pernah padam.

Kenyataan di luar gereja sungguh pilu. Di sekitar Gerbang Bab Al-Jadid, pasukan Israel menyerang dan membubarkan warga Palestina yang hendak pulang atau beribadah. Bahkan tokoh agama sekalipun, seperti Uskup Agung Adolfo Tito Yllana—wakil Vatikan untuk Palestina—tak luput dari penahanan di pos militer saat hendak menghadiri ibadah.

Meski dipaksa diam, umat Kristen Palestina membuktikan bahwa iman mereka tak bisa dibungkam. Di tanah yang terus bergetar oleh konflik, mereka tetap menyalakan cahaya: cahaya keyakinan, keteguhan, dan harapan yang tak pernah padam.

Related Articles

Responses

Your email address will not be published. Required fields are marked *