mediarelasi.id, Jakarta – Industri perfilman Indonesia mencetak tonggak bersejarah lewat kehadiran film animasi Jumbo, yang resmi mengisi layar bioskop mulai 31 Maret 2025, bertepatan dengan momen Lebaran. Dalam waktu kurang dari sepekan, film ini sukses menarik perhatian lebih dari 770 ribu penonton, menjadikannya sebagai film animasi buatan dalam negeri dengan capaian penonton tertinggi sepanjang masa.
Dibuat oleh Visinema Studios, Jumbo bukan sekadar animasi biasa. Ia membawa penonton dalam perjalanan penuh warna dan emosi melalui kisah anak bernama Don yang menjelajahi dunia dongeng, sembari menelusuri jejak masa lalunya. Lebih dari sekadar visual yang apik, film ini mendapat banyak pujian karena kekuatan narasi dan musik pengiringnya yang menggetarkan hati.
Musik yang Tak Hanya Mengiringi, Tapi Menghidupkan Cerita
Salah satu daya tarik kuat dari Jumbo terletak pada komposisi musiknya. Soundtrack yang disajikan tidak hanya berfungsi sebagai pelengkap suasana, tetapi juga menjadi medium yang membawa pesan moral dan perasaan karakter lebih dalam ke benak penonton.
Salah satu lagu utama yang paling menonjol adalah “Kumpul Bocah”, lagu lawas karya Dodo Zakaria yang pernah dipopulerkan oleh Vina Panduwinata pada era 1980-an. Dalam versi film ini, lagu tersebut diaransemen ulang oleh Maliq & D’Essentials menjadi lebih segar dan relevan dengan jiwa muda masa kini. Menariknya, Vina Panduwinata tampil sebagai cameo dalam video musik resmi lagu ini—sebuah bentuk penghormatan yang indah kepada karya klasik Indonesia.
Kolaborasi Talenta Muda dan Lagu Bermakna
Tak hanya mengandalkan musisi papan atas, Jumbo juga memberi panggung pada talenta muda. Dua pemeran utama anak—Prince Poetiray sebagai Don dan Quinn Salman sebagai Meri—menunjukkan kemampuan vokal mereka melalui lagu “Dengar Hatimu”, ciptaan Ifa Fachir dan Simhala Avadana dari grup musik Numata.
Lagu tersebut menyampaikan pesan tentang pentingnya empati dan kesadaran akan diri sendiri. Di tengah konflik dan perubahan, lagu ini mengajak pendengarnya untuk mendengarkan suara hati sebagai penuntun dalam mengambil keputusan.
Sementara itu, lagu lain berjudul “Selalu Ada di Nadimu” hadir dalam dua versi: satu dibawakan oleh Bunga Citra Lestari (BCL), dan versi lainnya oleh duo Prince dan Quinn. Menariknya, setiap bait awal lagu ini membentuk judulnya sendiri, memberikan nuansa simbolik bahwa perjuangan selalu berawal dari dalam diri.
Lirik lagu ini menjadi refleksi kasih sayang orang tua kepada anak: bahwa jalan hidup mungkin tak selalu mudah, tetapi dengan kekuatan dan semangat, semua rintangan bisa dihadapi. Lagu ini menjadi pengingat lembut bahwa dalam kehidupan, selalu ada pesan yang diwariskan melalui kasih dan pengorbanan.
Menjadi Simbol Harapan Baru Animasi Indonesia
Keberhasilan Jumbo menunjukkan bahwa karya animasi lokal mampu bersaing secara kualitas, baik dari sisi visual, alur cerita, hingga musik. Tak hanya berhasil menghibur, film ini juga memberikan ruang perenungan—terutama bagi keluarga yang menyaksikannya bersama.
Dengan capaian jumlah penonton yang terus bertambah, serta penerimaan positif dari publik, Jumbo menjadi bukti bahwa karya anak bangsa mampu berbicara di panggung nasional, bahkan global. Film ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga simbol semangat baru bagi industri animasi Indonesia yang terus berkembang.