mediarelasi.id – Tahun ini, penghargaan Nobel Perdamaian telah menerima total 338 nominasi, terdiri atas 244 individu dan 94 organisasi. Angka tersebut menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan 286 nominasi tahun lalu, meski masih berada di bawah rekor 376 nominasi yang tercatat pada 2016. Sesuai tradisi ketat Komite Nobel Norwegia, identitas lengkap para nominasi masih dirahasiakan, namun beberapa nama besar telah muncul ke publik dan menimbulkan perdebatan sengit.
Di antara nama-nama yang menyita perhatian, terdapat tokoh-tokoh berpengaruh dunia seperti mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, Paus Fransiskus, dan mantan Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg. Masing-masing figur tersebut memiliki peran strategis dalam dinamika global, meskipun rekam jejak mereka tidak lepas dari kontroversi yang memicu diskusi hangat di berbagai kalangan.
Beberapa politisi dari Amerika Serikat mengaku telah mengusulkan nominasi untuk Trump dan Paus Fransiskus. Misalnya, anggota Kongres AS Darrell Issa menyatakan telah mengajukan nominasi untuk Trump dengan alasan kontribusinya dalam upaya menciptakan perdamaian di Timur Tengah, meski usulannya dikirimkan setelah batas waktu yang ditetapkan.
Di sisi lain, seorang wakil parlemen dari Ukraina, Oleksandr Merezhko, mengirimkan nominasi untuk Trump pada November 2024, tepat sebelum tenggat waktu berakhir.
Meskipun Trump pernah masuk dalam nominasi di masa lalu, kehadirannya di tahun ini semakin mencuri perhatian karena sejumlah kontroversi, terutama terkait dengan perundingannya dengan Moskow mengenai konflik di Ukraina dan perubahan kebijakan luar negeri yang mengguncang hubungan dengan sekutu Eropa.
Hal ini menimbulkan pertanyaan dari berbagai pihak mengenai kelayakannya menerima penghargaan bergengsi tersebut.
Sementara itu, para pendukung Trump berargumen bahwa meskipun gaya negosiasinya sering kali menuai kritik, upaya diplomasi yang dilakukannya ternyata membawa dampak positif dalam meredakan ketegangan di beberapa zona konflik. Perdebatan ini mencerminkan betapa kompleksnya penilaian terhadap peran seorang pemimpin dunia dalam menjaga perdamaian global.
Proses penjurian untuk Nobel Perdamaian dikenal dengan tingkat kerahasiaan dan ketelitian yang tinggi.
Komite Nobel Norwegia menggunakan kriteria selektif dalam menilai setiap nominasi, dan keputusan akhir akan diumumkan pada Oktober 2025. Hingga saat itu, perdebatan mengenai siapa di antara Trump, Paus Fransiskus, atau Stoltenberg yang paling layak meraih penghargaan tersebut masih terus berlanjut.