Inovasi Skema MBG Ramadan: Menu Bawa Pulang untuk Anak Sekolah

mediarelasi.id – Pemerintah meluncurkan pendekatan baru dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi anak sekolah selama bulan Ramadan. Dalam skema yang diperbarui, makanan tidak hanya dikonsumsi di sekolah, tetapi juga disediakan untuk dibawa pulang, sehingga dapat dinikmati saat berbuka puasa.
Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, menjelaskan bahwa mekanisme baru ini sudah diberlakukan sejak 6 Maret 2025. “Meski konsepnya berubah, besaran biaya MBG selama Ramadan tetap sama seperti hari biasa. Semua anak sekolah akan menerima makanan yang bisa dibawa pulang secara serempak,” ungkapnya.
Detail Skema dan Menu
Menurut Dadan, menu MBG dirancang agar tahan lama, sehingga aman untuk disimpan hingga waktu berbuka puasa. Menu tersebut meliputi telur rebus, susu, kurma, kue kering fortifikasi, dan buah-buahan. “Kami juga menambahkan variasi seperti bubur kacang hijau atau kolak secara berkala, untuk memastikan komposisi gizinya tetap seimbang antara protein, karbohidrat, dan serat,” tambahnya.
Sebelumnya, pelaksanaan MBG dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB, yang membuat jarak waktu cukup jauh hingga saat berbuka puasa sekitar pukul 18.00 WIB. Dengan skema baru ini, anak-anak bisa menikmati makanan bergizi tepat waktu sesuai kebutuhan puasa.
Mekanisme Baru Pelaksanaan
Dalam penjelasan di Istana Negara, Dadan menyampaikan bahwa perubahan ini bertujuan untuk mengakomodasi kebutuhan anak yang berpuasa. “Walaupun sekolah tetap beroperasi dan program MBG dilaksanakan, mekanismenya diubah. Makanan yang disediakan bisa langsung dibawa pulang sehingga dapat dinikmati saat buka puasa bagi yang menjalankan ibadah, sementara bagi yang tidak berpuasa, bisa dikonsumsi di sekolah atau di rumah,” jelasnya.
Pihak pemerintah juga menegaskan bahwa meski terdapat inovasi dalam penyaluran, kualitas makanan tetap menjadi prioritas utama. Akreditasi terhadap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) akan dilakukan oleh lembaga independen, yang akan memberikan penilaian mulai dari kategori unggul, baik sekali, hingga baik, jika jumlah SPPG sudah mencapai 2.000 unit. Proses intervensi ini akan berjalan hingga Agustus 2025.
Tanggapan dari Berbagai Pihak
Sebelumnya, beberapa laporan menyebutkan bahwa standar MBG di berbagai daerah belum konsisten. Masalah mulai dari makanan yang tidak sesuai standar gizi hingga kejadian keracunan pada siswa sempat mencuat. Direktur Eksekutif Global Strategi Riset Indonesia (GSRI), Sebastian Salang, menegaskan pentingnya perbaikan dari hulu, yakni di bagian pengolahan di SPPG. Menurutnya, kurangnya quality control (QC) di dapur umum menyebabkan penyajian makanan tidak optimal.
“Saat ini banyak berita mengenai ketidaksesuaian pelaksanaan MBG, terutama di media sosial dan platform online. Dari riset yang kami lakukan, terlihat jelas bahwa konsep dan perencanaan awal belum matang. Hal ini berdampak pada kesiapan di lapangan ketika program dimulai pada Januari,” papar Sebastian.
Responses