Status Stasiun Karet: Kemenhub Pastikan Belum Ada Keputusan Resmi

mediarelasi.id – Isu penutupan Stasiun Karet kembali mencuat, memicu berbagai spekulasi di kalangan pengguna KRL. Namun, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada keputusan final terkait rencana tersebut.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub, Mohamad Risal Wasal, mengklarifikasi bahwa PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) masih perlu berkoordinasi lebih lanjut sebelum mengambil langkah apa pun terkait operasional stasiun ini.
“Belum ada keputusan terkait penutupan Stasiun Karet. Jika ada rencana seperti itu, tentu harus dibahas bersama kami terlebih dahulu,” ujar Risal saat ditemui di Jakarta, Jumat (31/1/2025).
Menurutnya, kajian mengenai masa depan Stasiun Karet masih berlangsung. Meskipun beredar informasi bahwa stasiun ini akan berhenti beroperasi pada April mendatang, Risal menegaskan bahwa belum ada pembahasan resmi mengenai hal tersebut.
“Kami belum menggelar diskusi mendalam terkait kemungkinan penutupan Stasiun Karet,” tambahnya.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk menunggu pengumuman resmi setelah evaluasi dan koordinasi antara Kemenhub dan KCI rampung.
Sementara itu, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) memastikan bahwa Stasiun Karet tidak akan sepenuhnya ditutup untuk layanan KRL Commuter Line Jabodetabek. Sebagai gantinya, stasiun ini akan diintegrasikan dengan Stasiun BNI City yang berada di sebelah timurnya.
Direktur Utama KAI Commuter, Asdo Artriviyanto, menyatakan bahwa proses integrasi kedua stasiun ditargetkan selesai pada April 2025.
“Stasiun Karet dan BNI City akan kami integrasikan, dan diharapkan pada April semuanya sudah tersambung,” jelasnya di Kantor KAI Commuter, Stasiun Juanda, Jakarta, Kamis (30/1/2025).
Asdo menambahkan bahwa integrasi ini dilakukan karena kondisi Stasiun Karet sudah kurang memadai untuk naik dan turun penumpang. Selain lokasinya yang berada di perempatan lampu merah TPU Karet Bivak, jaraknya yang terlalu dekat dengan Stasiun BNI City juga menjadi faktor pertimbangan utama.
“Bagi masinis, jarak yang terlalu dekat membuat perjalanan menjadi kurang optimal. Baru saja berakselerasi, sudah harus mengerem lagi,” pungkasnya.
Responses