Polemik Karya Yos Suprapto: Lukisan “Konoha” Ditutup Kain Hitam, 3 Lainnya Jadi Perdebatan

Polemik Karya Yos Suprapto

mediarelasi.id – Nama seniman Yogyakarta, Yos Suprapto, menjadi perbincangan setelah pameran tunggalnya bertajuk Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan di Galeri Nasional Indonesia (GNI) harus tertunda. Pameran yang dijadwalkan dibuka tadi malam pukul 19.00 WIB mendadak dibatalkan hanya 30 menit sebelumnya, dengan alasan “teknis.”

Karya Yos Suprapto yang Jadi Sorotan
Dalam pameran tersebut, lima karya seni Yos menjadi pokok perdebatan. Dua di antaranya, lukisan bertajuk Konoha 1 dan Konoha 2, telah disepakati untuk ditutup dengan kain hitam.

“Saya sudah setuju soal itu,” ujar Yos.

Namun, persoalan memuncak ketika tiga lukisan lain juga diminta untuk diturunkan. Yos menolak keras permintaan itu karena merasa karya-karyanya relevan dengan tema pameran yang mengangkat isu kedaulatan pangan.

“Lukisan-lukisan itu menggambarkan petani yang memberi makan orang kaya dan anjing-anjing mereka. Kalau dibilang nggak nyambung dengan tema ketahanan pangan, saya jelas tidak setuju,” tegasnya.

Isu Sensitivitas dan Kritik Sosial
Pembatalan pameran ini memunculkan berbagai spekulasi, termasuk anggapan bahwa karya-karya Yos mengandung kritik terhadap penguasa dan kebijakan pangan di Indonesia. Yos tak menampik bahwa seninya mengandung elemen sejarah dan fakta sosial.

“Kita nggak bisa bicara sejarah tanpa menyinggung kebijakan kekuasaan,” ujarnya.

Ia menjelaskan, karya-karyanya merefleksikan dampak kebijakan pertanian sejak era revolusi hijau yang dimulai pada 1967. Menurutnya, program tersebut membawa konsekuensi besar, termasuk dominasi asing dalam logistik pangan nasional.

“Ini fakta sejarah. Saat itu, kita kehilangan kedaulatan pangan karena kebijakan modal asing,” jelas Yos.

Kejujuran dalam Seni
Yos juga menyebut bahwa dirinya hanya ingin menyampaikan kebenaran melalui seni. Dalam sejumlah karya dan video yang menyertai pameran, ia dengan sengaja menyisipkan elemen figuratif sebagai refleksi keadaan.

“Apa salahnya menyampaikan kejujuran lewat seni? Seni itu kan suara hati dan fakta sejarah,” pungkasnya.

Related Articles

Responses

Your email address will not be published. Required fields are marked *